Bagus belum pernah melihat wujud Velocipede secara langsung. Spesifikasi sepeda, terutama ukuran roda dicarinya di internet.
“Ini sepeda impian saya sejak 17 tahun lalu. Jenis sepeda Velocipede ini yang menginspirasi saya memberi nama komunitas sepeda VOC (Velocipede Old Classic).”
Demi mewujudkan mimpi dan mendapatkan hasil terbaik, Bagus dibantu 10 mitra kerja dari mulai tukang las, bubut kayu, bubut besi, dan pembuat dokar. Teknik merekatkan besi pada rangka roda yang terbuat dari kayu, persis proses pembuatan roda dokar.
Plat besi yang sudah dibentuk roda, dipanaskan hingga memuai. Plat kemudian diposisikan di luar rangka roda dan dimasukan dalam air hingga menyusut cepat. Teknik ini membuat plat besi ketat merekat pada roda.
Baca Juga:Sepeda Anak Dicuri, Fotonya Malah Buat Warganet Iba pada si Maling
Sepeda ini tanpa mekanisme peredam kejut seperti yang yang kita temui pada per sepeda umumnya saat ini. Sebagai gantinya, rangka sepeda tempat sadel dibuat dari plat besi yang elastis.
“Rangka tempat meletakan sadel ini saya ambil dari plat per mobil GAZ buatan Uni Soviet tahun 1960an. Panjang per 106 centimeter, sedangkan tinggi sadel dari tanah sekitar 107 centimeter,” ujar Bagus.
Selain tanpa peredam kejut, sepeda ini aslinya tidak menggunakan mekanisme bearing pada sumbu roda dan headset setang. Teknologi bearing baru ditemukan tahun 1870an, sekitar 7 tahun setelah sepeda ini dibuat.
“Jadi bisa dikatakan ini 95 persen mirip dengan aslinya. Yang tidak mirip hanya saya menggunakan bearing di sumbu roda. Karena aslinya di tahun 1863 itu belum ada bearing atau gotri.”
Hasilnya, Bagus mengaku kesulitan mengendalikan sepeda ini. Sesuai julukannya “Boneshaker”, upaya membelokan sepeda ini setara dengan olah raga mengangkat beban 30 kilogram.
Baca Juga:Tertipu Saat Test Drive, Sepeda Motor Andi Digondol Calon Pembeli
Sepeda klangenan Bagus Priyana ini diberi nama “Golden Dragon”. Nama dan gambar karakter sang naga dicetaknya di sadle berbahan kulit dengan tinta warna emas.