Perlu Dicoba! Brownies Tempe Mendoan Pertama di Banyumas

Bronies tempe ini merupakan produk UMKM, menjadi unik dan langka jika bahan bakunya dari tempe

Budi Arista Romadhoni
Kamis, 22 Oktober 2020 | 17:00 WIB
Perlu Dicoba! Brownies Tempe Mendoan Pertama di Banyumas
Irma menunjukkan cookies dan brownies berbahan baku tepung mocaf dan tempe mendoan di kediamannya Desa Pangebatan, Kecamatan Karanglewas, Kabupaten Banyumas, Rabu (21/10/2020). (Suara.com/Anang Firmansyah)

SuaraJawaTengah.id - Jika kebanyakan orang membuat brownies menggunakan bahan baku keju, green tea atau coklat, namun ada yang berbeda pada kreasi brownies asli buatan produk UMKM Purwokerto. Brownies tersebut berbahan baku tempe mendoan dan tepung mocaf.

Hasil kreasi ini dibuat oleh Irma Kusmayanti (42) salah satu warga Desa Pangebatan, Kecamatan Karanglewas, Kabupaten Banyumas.

Ia mengawali usahanya sejak tahun 2018. Namun karena satu dan lain hal yang harus membuatnya ia bekerja akhirnya baru fokus menggarap usahanya pada pertengahan bulan Juli 2019.

Baca Juga:Kronologi Pembubaran Aksi di Banyumas, 5 Pelajar Ditangkap Polisi

"Saya fokus membuat brownies berbahan baku tempe mendoan setelah saya keluar kerja dari Sales Marketing sebuah perusahaan ekspedisi. Sebelumnya memang saya punya mimpi ingin buka usaha makanan sendiri," kata ibu ber anak satu ini, Rabu (21/10/2020).

Brownies yang diberi nama Madame Mbois ini memiliki cita rasa manis dan sedikit pahit dengan karakter rasa tempe yang masih kuat. Jika dibayangkan tentu sedikit aneh, namun saat dicoba rasanya sangat menyatu.

Terlebih brownies ini lebih sehat. Karena berbahan baku tepung mocaf. Tepung yang terbuat dari singkong atau ketela kayu yang diolah dengan beberapa tahapan hingga menjadi serbuk bertekstur (lebih kasar dari tepung terigu). Tepung ini juga memiliki kandungan gizi yang tak kalah baiknya dengan tepung terigu.

"Saya pakai tepung ini karena aman dikonsumsi dibanding tepung terigu. Kalau tepung terigu kan seperti anak autis tidak dibolehkan konsumsi. Selain berdagang saya juga memiliki tanggung jawab moral pada konsumen," jelasnya.

Untuk pembuatan brownies tempe sendiri menurut Irma bahan baku utamanya dari tempe. Jadi tak sekedar menjadi toping saja. Ia memiliki komposisi sendiri agar rasanya kemudian tidak aneh.

Baca Juga:Aksi Tolak UU Cipta Kerja di Banyumas Ricuh, Polisi Pukul Mundur Demonstran

"Tempe itu saya proses lalu dihaluskan, terus dicampur dengan tepung mocaf. Perbandingan tempe sama tepungnya satu banding dua. Karena memang bahan tambahan itu ga bisa lima puluh persen," ujarnya.

Awal ide ini muncul bermula saat Irma ingin memiliki produk ciri khas yang berbeda dengan lainnya. Konsumsi pasar yang saat ini lebih beragam dengan dibalut tren kekinian, akhirnya keluarlah produk Brownies tempe.

"Waktu itu kan ada tuh tren kue kekinian, terus saya mikir bikin apa ya? Karena saya tinggal di Banyumas, saya kepengin yang nantinya itu jadi buah bibir masyarakat. Jadi tak pikir, kalau mendoan dibikin kue gimana ya. Akhirnya saya pilih mendoan, tempenya itu saya kombinasikan menjadi brownies tempe. Secara logika saya tidak akan bisa mengalahkan perusahaan brownies besar. Jadi saya bikin punya produk oleh-oleh yang berbeda," terangnya.

Jalan usahanya tak semanis brownies tempe buatannya. Ia sempat mengalami gejolak batin karena sempat tak mendapat restu keluar dari pekerjaan oleh ibunya.

"Saya tidak direstui sama almarhumah ibu waktu keluar kerjaan. Karena benar-benar gambling banget tidak punya penghasilan bulanan tetap," katanya.

Sebelum adanya pandemi, dalam sebulan ia bisa mendapat omset Rp 8 hingga12 juta rupiah. Namun pada bulan Maret dan April lalu ia sempat down karena masalah pemasaran.

"Luar biasa banget itu dua bulan pas awal pandemi. Bingung saya karena benar-benar 0 rupiah. Setelah itu juga karena ibu dari awal sudah tidak setuju saya keluar tambah menyalahkan. Sedih banget. Tapi itu jadi motivasi saya untuk membuktikan," ungkapnya.

Untuk melancarkan usahanya, ia bergabung dengan koperasi Berkah Rindang Kinasih. Karena setelah ini targetnya adalah bisa menembus pasar ekspor. Namun masih ada sedikit syarat yang mesti dipenuhi.

"Target saya di tahun 2021 bisa mengambah pasar ekspor. Dengan dibantu dinas sama koperasi, sepertinya negara pertama yang akan saya tuju adalah Jerman. Tinggal disesuaikan rasanya. Karena kata teman, lidah orang Eropa itu suka yang tidak terlalu manis," ujarnya.

Produk buatannya terbagi menjadi tiga kemasan. Selain brownies, ia juga membuat cookies yang bahannya juga sama menggunakan tempe mendoan.

"Brownies bisa bertahan 2 minggu harganya Rp 48 ribu untuk ukuran 500 gr. Tapi kalau cookies lebih lama, bisa kuat sampai 6 bulan, yang ukuran 90 gram harganya Rp 20 ribu dan Rp 28 ribu untuk ukuran yang lebih besar," jelasnya.

Sementara itu, Ketua Koperasi Berkah Rindang Kinasih, Ambarsari mengapresiasi produk olahan milik Irma. Karena menurutnya produk makanan ini sangat berbeda dengan makanan lainnya.

"Unik ya, rasanya juga beda. Kami sudah delapan bulan mendampingi Mba Irma untuk memasarkan produknya. Karena anggota kami kan juga banyak yang punya produk. Jadi brownies tempe ini sudah sampai Banjarnegara, Wonosobo, dan Magelang," katanya.

Dalam satu bulan koperasinya bisa memesan brownies sedikitnya sampai 50 pcs. Itu diluar dari pesanan khusus yang biasanya datang dari sekitaran Jakarta.

"Setiap item nya itu kita pesan 50 an. Itu diluar permintaan ya. Pasti habis. Karena anggota kita saja yang turut memasarkan ada 140 jumlahnya," terangnya.

Pihaknya sudah bekerja sama dengan Irma selama delapan bulan. Ia juga mendorong pemilik brownies tempe ini segera melengkapi persyaratan agar bisa memasarkan produk ekspor hingga Eropa.

Kontributor : Anang Firmansyah

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini