Ki Seno Meninggal, Peserta Festival Dalang Cilik di Banyumas Kirim Doa

Mereka ikut berkabung atas meninggalnya Ki Seno, pada acara festival dalang cilik di Banyumas peserta melakukan doa bersama

Budi Arista Romadhoni
Rabu, 04 November 2020 | 17:54 WIB
Ki Seno Meninggal, Peserta Festival Dalang Cilik di Banyumas Kirim Doa
Salah satu peserta Festival Dalang Cilik 2020 Kabupaten Banyumas menampilkan cerita pewayangan di Gedung Kesenian Sutedja Purwokerto, Rabu (4/11/2020). (Suara.com/Anang Firmansyah) 

SuaraJawaTengah.id - Pemerintah Kabupaten melalui Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyumas menggelar Festival Dalang Cilik 2020 dengan menerapkan protokol kesehatan di Gedung Kesenian Sutedja Purwokerto, Rabu (4/11/2020).

Di tengah-tengah acara, digelar juga mengheningkan cipta untuk mendoakan mendiang seniman Dalang Ki Seno Nugroho yang telah berpulang pada hari Selasa (3/11/2020) di Yogyakarta.

Kepala Bidang Kebudayaan, Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyumas, Destianto menjelaskan acara tersebut merupakan upaya melestarikan kebudayaan dan regenerasi dalang. Namun karena dalam suasana berkabung, diselingi juga doa bersama.

"Pada hari ini Rabu (4/11/2020), kebetulan kami dari Dinporabudpar sedang menyelenggarakan event besar yaitu Festival Dalang Cilik. Akan tetapi ada berita duka untuk kita semua ketahui bahwa telah berpulang tokoh besar pewayangan Indonesia. Beliau sangat dicintai dan dikagumi, banyak sekali penggemarnya," kata Destianto saat memimpin doa pembukaan Festival Dalang Cilik Kabupaten Banyumas. 

Baca Juga:Prosesi Pemakaman Ki Seno Nugroho, Penuh Haru dan Duka Mendalam

Maka untuk itu, menurutnya para peserta dan penonton yang hadir di Gedung Kesenian Sutedja Purwokerto diajak mengheningkan cipta sejenak untuk mendoakan agar kiranya almarhum dapat diterima segala amal baiknya, diampuni segala dosa dan ditempatkan di surga.

"Marilah kita semuanya, dunia pedalangan dan pewayangan yang sedang kita uri-uri hari ini ditinggalkan oleh Ki Seno. Semoga kita dapat meneruskan perjuangan beliau dengan mengangkat filsafat wayang," jelasnya.

Sementara itu, Kepala Dinporabudpar Banyumas, Asis Kusumandani menjelaskan adanya festival tersebut untuk membina, mengembangkan dan melestarikan seni pedalangan.

"Karena seni pedalangan merupakan seni asli Indonesia dan kita wajib uri-uri kebudayaan sekaligus juga untuk regenerasi bagi dalang-dalang kita. Mereka dididik sejak kecil untuk mencintai seni pedalangan," jelasnya.

Karena menurutnya, seni pedalangan ini syarat dengan tontonan dan tuntunan bagi masyarakat Indonesia. Oleh sebab itu pemkab mengusahakan setiap tahun membuat agenda semacam ini.

Baca Juga:Hendi Positif Covid-19, Tim Pemenangan Pastikan Kampanye Jalan Terus

"Disamping lomba dalang juga kita adakan lomba karawitan untuk tingkat SMP dan SMA. Tujuannya agar mereka mencintai seni karawitan," ujarnya.

Saat ini menurutnya dalang di Kabupaten Banyumas jumlahnya tidak banyak. Hanya ada dua dalang muda yang saat ini sedang populer.

"Dalang Jedher dan Jegrak. Usianya masih muda 23 dan 25 tahun. Yang lain dalang lokal yang masih ada tapi tinggal sedikit. Makanya diadakan acara ini," ujarnya.

Pada acara tersebut, diikuti oleh 7 peserta yang berasal dari enam eks kawedanan dan satu dari kotip. Seluruhnya adalah warga Kabupaten Banyumas.

"Usia yang dilombakan dari umur 12 sampai 15 tahun. Penilaiannya mulai dari Suluk kemudian memainkan wayangnya, vokal lalu kecreknya. Ceritanya masing-masing peserta berbeda. Dan mereka datang kesini cuma dalangnya saja, kami dari panitia sudah menyiapkan kelir, pengiring dan wayangnya," terangnya.

Dalam perlombaan tersebut juga memperebutkan uang tunai sebesar Rp5.500.000 ribu untuk juara satu sampai juara harapan empat mendapatkan Rp2.000.000 ribu.

"Intinya seluruh peserta mendapatkan uang pembinaan. Agar stimulus anak-anak ini lebih semangat," katanya.

Salah satu peserta Festival Dalang Cilik 2020, Arkananta Jaluningrat Putra Nugraha mengatakan persiapan untuk mengikuti lomba ini selama dua bulan.

"Yang dipersiapkan itu mental terus wayang-wayang yang diperlukan," katanya.

Ia tertarik wayang sejak berusia balita karena kakeknya merupakan seorang dalang. Bahkan pada umur lima tahun ia telah mengikuti ajang perlombaan dalang cilik.

"Saya sudah menguasai dua cerita pewayangan. Tapi pada pentas kali ini saya membawakan cerita Dasamuka Gugur. Ceritanya tentang Rama Wijaya menang melawan Dasamuka Rahwana yang gugur," tandasnya. 

Kontributor : Anang Firmansyah

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini