SuaraJawaTengah.id - Kota Semarang terkenal dengan bangunan tua dan bersejarah. Termasuk Reservoir Siranda, bangunan tandon air tersebut dibangun pada 1912 oleh Belanda.
Reservoir ini masih bisa menampung air sebanyak 3.750 meter kubik. Bangunan tersebut berfungsi sebagai tempat penampungan air sebelum didistribusikan ke pelanggan PDAM.
Dibalik fungsinya sebagai penampung air, Reservoir Siranda menjadi saksi bisu kepahlawanan mendiang dokter Kariadi yang tewas ditangan para tentara Jepang.
Tak banyak yang soal sejarah itu, justru sebaliknya Reservoir Siranda lebih dikenal sebagai tempat yang menakutkan. Bahkan, beberapa orang menjadikan Reservoir Siranda sebagai tempat untuk mencari nomor judi togel.
Baca Juga:Luna Maya Pamer Liburan di Jateng, Tujuannya Kota Lama Hingga Brown Canyon
Pemilik warung yang berada di dekat Reservoir Siranda, Suyati mengatakan, setiap malam seringkali ia mencium bau busuk yang berasal dari Reservoir Siranda.
Selama 13 tahun jualan di dekat Reservoir Siranda dan bau busuk itu sering kali menghantuinya.
"Biasanya muncul setelah maghrib dan hilang setelah isya," jelasnya saat ditemui di warungnya, Selasa (10/11/2020).
Selain bau busuk, setiap kali jualan Suyati seringkali dihantui sosok wanita yang wajahnya tak berbentuk. Selain itu, ada juga siluman ular mempunyai kepala dua yang sering terlihat ketika sore hingga malam hari.
"Biasanya itu yang diganggu oleh ular kepala dua itu pendatang dari luar," ujarnya.
Baca Juga:PSIS Semarang Legowo Liga I Indonesia Ditunda Sampai Tahun Depan
Kejadian yang paling Suyati ingat, pernah ada seseorang yang menebang pohon besar yang berada di depan Reservoir Siranda. Saat itu, orang yang menebang pohon tersebut langsung sakit.
"Yang menebang pohon itu langsung sakit-sakitan, tak tau kenapa," imbuhnya.
Namun, banyak juga orang yang memanfaatkan suasana mistis di Reservoir Siranda untuk mencari nomor togel dengan membakar sebuah dupa di beberapa tempat yang diyakini manjur.
"Biasa ada ojek online juga yang mencari nomor," imbuhnya.
Meski saat ini Reservoir Siranda lebih dikenal sebagai tempat yang mistis, jejak perjuangan dr Kariadi masih melekat di tempat tersebut.
Saat itu, tewasnya Dr Kariadi memicu pertempuran dahsyat mengusir Jepang yang dikenal dengan Pertempuran Lima Hari Semarang.
"Perang itu pecah pada 14 Oktober hingga 19 Oktober 1945," ujar Sejarawan Semarang, Jongkie Tio.
Waktu itu, tersiar kabar bahwa Jepang memberi racun pada air di Reservoir itu. Hal itu dilakukan supaya membikin repot warga Semarang di wilayah bawah.
Kabar tentang tandon air itu diracun Jepang, terdengar oleh para pemuda Semarang yang tengah mengadakan rapat di rumah Sakit Purusara (sekarang RSUP dr Kariadi).
"Saat itu Kepala Laboratorium Rumah Sakit Purusara adalah Dr Kariadi. Akhirnya Dr Kariadi juga yang berangkat untuk memastikan Reservoir Siranda benar diracun atau tidak, " imbuhnya.
Namun dalam perjalanannya, Dr Kariadi tertembak oleh tentara Jepang yang telah berjaga di kawasan Jl Pandanaran. Cerita lain menyebut, dr Kariadi tewas setelah ditangkap Jepang di kawasan Reservoir Siranda.
Tewasnya dr Kariadi memicu kemarahan pemuda Semarang. Hingga akhirnya pertempuran dahsyat terjadi selama lima hari berturut-turut di sejumlah tempat tak terhindarkan.
"Beberapa kali pemuda Semarang dipukul mundur, namun akhirnya perang dimenangkan oleh pemuda Semarang," ucapnya
Peristiwa paling terkenal tersebut kini terus diperingati oleh masyarakat Semarang. Setiap tanggal 14 Oktober peringatan Pertempuran Lima Hari selalu digelar dengan drama teatrikal untuk mengenang gugurnya Dr. Kariadi serta perjuangan pemuda kala itu.
Kontributor : Dafi Yusuf