Awas! Mencium Bayi Karena Gemas, Bisa Tularkan Virus dan Bakteri

Mencium bayi tidak disarankan jika tidak dalam kondisi bersih

Budi Arista Romadhoni
Minggu, 15 November 2020 | 09:00 WIB
Awas! Mencium Bayi Karena Gemas, Bisa Tularkan Virus dan Bakteri
Ilustrasi bayi. (Elements Envato)

SuaraJawaTengah.id - Kebanyakan orang saat melihat bayi yang menggemaskan pasti mempunyai rasa keinginan untuk bisa mencium atau sekedar menyentuhnya. Namun taukah anda, hal itu bisa menyebabkan sang bayi terserang bakteri atau virus yang nempel di tubuh kita.

Dokter spesialis anak, Prof. Soedjatmiko melarang Anda yang mengalami batuk atau pilek mencium bayi dan balita di sekitar Anda. Hal itu untuk mencegah mereka terkena penyakit akibat bakteri, virus atau jamur termasuk pneumonia di masa pandemi COVID-19 saat ini.

"Bakteri, virus, jamur ada di mana-mana. Kalau ada keluarga yang batuk pilek, jangan mencium bayi dan balita," katanya dilansir dari ANTARA pada peringatan Hari Pneumonia Dunia 2020 secara daring, Kamis (12/11/2020).

Selain itu, sebaiknya pakailah masker dan mencuci tangan sebelum menyentuh bayi dan balita serta segeralah berobat untuk memulihkan kondisi Anda.

Baca Juga:Testing Corona Indonesia Rendah, Penasihat Luhut: Faktor Stigma Negatif

Soedjatmiko mengatakan, patogen penyebab pneumonia bisa masuk ke hidung, saluran napas anak dan merusak paru-parunya saat kekebalan tubuhnya yang rendah. Penyebab rendahnya kekebalan ini karena beberapa faktor antara lain asap rokok, debu di rumah yang kemudian merusak saluran napas, kurangnya anak mendapatkan asupan ASI eksklusif sehingga menyebabkannya kurang gizi.

Belum lagi jika si kecil lahir dengan berat badan rendah, tidak diimunisasi, menderita penyakit kronik dan terlambat berobat sehingga maka kondisi ini membuatnya berisiko kehilangan nyawa karena pneumonia.

Dari sisi gejala, Ketua Unit Kerja Koordinasi (UKK) Respirologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Dr. dr. Nastiti Kaswandani pernah mengatakan, pneumonia ditandai sejumlah gejala antara lain demam, batuk dan kehilangan nafsu makan, yang seringkali disalahartikan sebagai selesma dan flu.

Selain gejala itu, penderita juga bisa mengeluhkan sesak napas dan napasnya sangat cepat dari biasanya. Demam yang berlangsung pun bisa berlanjut 2-3 hari.

"Curigai pneumonia kalau gejalanya berlanjut, (yakni) demam 2-3 hari. Tanda penting lainnya anak terlihat napasnya lebih cepat dari biasanya, sesak napas," ujar Nastiti dalam sebuah talk show virtual bertema "Selamatkan Anak dari Bahaya Pneumonia di Masa Pandemi", bebarapa waktu lalu.

Baca Juga:Penasihat Luhut Sebut Stigma Negatif Sebabkan Testing Corona Rendah

Dia menyarankan, ketika gejala seperti ini muncul, segeralah membawa penderita ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan dini dan menyelamatkan nyawanya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini