Hari Anak Sedunia: Nasib Anak di Tengah Pandemi Covid-19

Pandemi menyebabkan peningkatan jumlah anak yang hidup dalam kemiskinan naik secara signifikan.

Risna Halidi | Dinda Rachmawati
Jum'at, 20 November 2020 | 13:23 WIB
Hari Anak Sedunia: Nasib Anak di Tengah Pandemi Covid-19
Ilustrasi anak pakai masker. (Shutterstock)

SuaraJawaTengah.id - Di Hari Anak Sedunia yang diperingati 20 November ini, pandemi Covid-19 telah memengaruhi kehidupan miliaran anak di seluruh dunia dan telah menciptakan gangguan besar-besaran dalam pendidikan mereka.

Pandemi juga menyebabkan peningkatan jumlah anak yang hidup dalam kemiskinan naik secara signifikan, yang berarti mereka kekurangan akses ke sumber daya fundamental seperti pendidikan, kesehatan, perumahan, gizi, sanitasi, dan air.

Ahli teori budaya Julie C. Garlen, seperti dilansir The Conversation, percaya Hari Anak Sedunia dapat memberikan kesempatan penting bagi orang dewasa untuk memerhatikan suara anak-anak dan membayangkan masa depan mereka yang berbeda.

Nah, dalam rangka Hari Anak Sedunia, berikut tiga cara orang dewasa atau orangtua dapat menata kembali masa kanak-kanak melalui perspektif mereka di tengah pandemi yang serba sulit seperti hari ini.

Baca Juga:Janji Rizieq Shihab: Tidak Akan Gelar Kegiatan yang Membuat Kerumunan

1. Anak-anak harus tetap memiliki pengetahuan luas
Orangtua mungkin ingin melindungi anak dari kenyataan agar anak tidak merasa sedih atau takut di tengah kondisi ini, hal itu memperkuat gagasan bahwa anak-anak seharusnya tidak mengetahui banyak hal. Namun, saat anak-anak tahu dan memahami begitu banyak tentang dunia, mereka mungkin ingin sekali berbagi.

Salah satu contoh yang bagus adalah seri video Learn With Me terbaru dari UNICEF, yang menampilkan anak-anak dari seluruh dunia yang menggambarkan pengalaman mereka selama karantina dan berbagi kiat untuk mempelajari keterampilan baru selama pandemi.

Ketika kita memerhatikan apa yang diketahui anak-anak, kita akan menghormati mereka sebagai kontributor penting bagi komunitas kita, masyarakat kita, dan dunia kita.

2. Anak-anak harus berpengalaman
Seperti yang ditunjukkan oleh Covid-19 kepada kita, pada kenyataannya anak-anak tidak terbebas dari kesulitan dan karenanya mereka harus dapat berbicara tentang apa yang mereka alami.

UNICEF menyediakan serangkaian video diari yang menunjukkan bagaimana anak-anak secara global menghadapi dampak virus corona. Video ini memberikan wawasan tentang dampak penguncian, penutupan sekolah, dan jarak fisik.

Baca Juga:Sejarah Hari Anak Sedunia yang Diperingati Setiap 20 November

Meskipun mungkin sulit bagi orang dewasa untuk menerima bahwa anak-anak bergumul dengan ketakutan atau kesedihan, mengakui dan membicarakan tantangan ini justru membantu kita melihat anak-anak sebagai individu dengan pengalaman unik.

3. Anak-anak pasti mampu
Ketika kita mengakui pengetahuan dan pengalaman anak-anak, kita mengakui kontribusi penting mereka bagi keluarga kita, komunitas kita, dan masyarakat kita. Tahun ini telah memberikan banyak contoh kemampuan anak untuk mendorong perubahan, bertindak secara bertanggung jawab, dan melindungi kesejahteraan orang lain.

Anak-anak telah menjadi mitra penting dalam memerangi penyebaran Covid-19. Di Kanada, Perdana Menteri Justin Trudeau sering berbicara kepada anak-anak secara langsung, meminta mereka untuk melakukan bagian mereka.

Tahun ini, anak-anak juga telah menawarkan contoh-contoh yang menginspirasi dari keterlibatan dan kepemimpinan mereka dalam protes dan aktivisme, seperti Nolan Davis dari Missouri yang berusia delapan tahun, yang mengorganisir pawai Black Lives Matter untuk anak-anak.

Contoh-contoh ini mengingatkan kita bahwa anak-anak mampu. Jika seluruh masyarakat kita mengakui anak-anak sebagai orang yang kompeten, mereka mungkin akan dianggap sebagai anggota masyarakat kita yang berharga.

Tahun ini telah menunjukkan kepada kita bahwa anak-anak bukanlah, seperti yang sering digambarkan, naif, tidak berpengalaman atau tidak berdaya. Lebih dari sebelumnya, seperti yang ditulis sejarawan budaya Robin Bernstein, "inilah waktunya untuk menciptakan bahasa yang menghargai keadilan daripada kepolosan."

Seperti yang dijelaskan Bernstein, "Semua anak berhak mendapatkan perlindungan yang sama di bawah hukum bukan karena mereka tidak bersalah, tetapi karena mereka manusia."

Dengan cara yang sama, anak-anak berhak untuk diakui sebagai manusia yang berpengetahuan, berpengalaman dan mampu. Orang dewasa dapat menghormati hak itu dengan mengundang anak-anak ke dalam percakapan, mendengarkan apa yang mereka katakan dan menganggap serius pikiran dan perasaan mereka.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Lifestyle

Terkini