Masuk ke Ruang Isolasi Corona, KPPS Kota Semarang Ini Sempat Saling Dorong

Menjadi daerah terbanyak pasien Covid-19 di Jateng, membuat KPPS minder mau ambil suara dari Pasien Corona

Budi Arista Romadhoni
Rabu, 09 Desember 2020 | 17:33 WIB
Masuk ke Ruang Isolasi Corona, KPPS Kota Semarang Ini Sempat Saling Dorong
Purwanto (dua dari kiri) ketika selesai bertugas ambil suara pasien Covid-19 (Dok. Pribadi)

SuaraJawaTengah.id - Purwanto (37) benar-benar takut. Dia merupakan Panitia Pemungutan Suara Kecamatan (PPK) yang ditugaskan mengambil kotak suara Pilkada 2020 untuk pasien Covid-19 di RSUD Wongsonegoro Kota Semarang

Sebelum memasuki ruang isolasi untuk pasien Covid-19, Purwanto dan teman-temannya sempat ragu karena mereka bisa dengan mudah terinfeksi Covid-19 di ruangan tersebut. 

Karena takut, untuk masuk ke ruangan isolasi tersebut, dia dan teman-temannya sempat saling dorong. Mereka sama-sama takut memasuki ruangan itu. Akhirnya, ada satu petugas yang bersedia masuk di ruangan tersebut untuk mengambil kotak suara. 

"Kita sempat drama dulu, ada aksi dorong-dorongan karena takut," jelasnya kepada Suara.com, Rabu (9/12/2020).

Baca Juga:Pilkada Pandeglang, Irna-Tanto Unggul di TPS Korban Tsunami Banten

Purwanto mengakui, kali ini dia benar-benar takut. Tak ada yang tau mana tempat yang berbahaya dan terinfeksi Covid-19. Saat itu, ia benar-benar takut teringat keluarga yang ada di rumah. 

"Saya akui, saya memang takut. Kepikiran keluarga yang ada di rumah," ujarnya.

Meski saat itu dia sudah memberanikan untuk masuk ruang isolasi, ia tetap takut. Bahkan, saat itu dia tak berani menyentuh barang-barang yang ada di ruang isolasi karena takut. 

"Saya tak menyentuh apapun di sana (ruang isolasi) saya masih takut," imbuhnya. 

Untuk mengurangi rasa takutnya, ketika memasuki ruangan isolasi dia selalu melantunkan doa kepada Tuhan agar bisa selamat hingga tugasnya berakhir. Saat itu, ia benar-benar berserah kepada Tuhan. 

Baca Juga:Banyak yang Tak Datang, Kustini-Danang Unggul Jauh di TPS Barak Pengungsian

"Ketika saya di ruangan isolasi selalu berdoa, ya menyebut nama Allah atau Bismillah gitu. Saya pasrah pokoknya sama Tuhan," katanya. 

Ia bersyukur, karena bisa menuntaskan tugas mengambil kotak suara di RSUD Wongsonegoro. Setelah selesai, dia mengaku tak sempat mandi maupun membersihkan diri. 

Setelah dari ruangan isolasi, dia hanya menggunakan hensenitizer untuk membersihkan bagian-bagian badan yang paling rawan seperti tangan dan baju. Selain itu, ia juga berusaha untuk jaga jarak dengan petugas-petugas yang lain setelah kembali ke TPS. 

"Setelah kembali ke TPS saya berusaha untuk jaga jarak dan pakai masker untuk antisipasi sesuatu yang tak diinginkan," Imbuhnya. 

Sampai saat ini, masih terbayang-bayang ketika dia berada di ruang isolasi. Purwanto tak mampu berkata-kata ketika ditanya soal resiko dia terinfeksi Covid-19 yang cukup besar. Yang ada difikirannya hanya anak dan keluarga. 

"Tak tau harus gimana," ucapnya ketika ditanya soal resiko dia terkena Covid-19. 

Dua hari sebelumnya, Purwanto sudah melakukan pendataan soal daftar pemilih yang ada di RSUD Wongsonegoro. Awalnya, terdapat 160 orang yang terdaftar akan mencoblos di ruang isolasi RSUD Wongsonegoro. 

Namun, berdasarkan data yang ia peroleh, warga yang memanfaatkan hak suaranya hanya 80 orang. Sebagian besar badan yang sudah pulang dan ada juga yang enggan karena tak memungkinkan. 

"Waktunya terbatas, selain itu surat suaranya juga terbatas. Jadi kita hanya dapat 80 orang yang mencoblos," imbuhnya. 

Kasi Perawatan RSUD Wongsonegoro, Philip Purworahyono mengungkapkan, beberapa petugas yang mengambil kotak suara di rumah sakit memang ada yang takut sampai tak berani masuk. 

"Mamang ada yang tak berani masuk," ujarnya. 

Menurut Philip, 2 hari sebelum pencoblosan pihak rumah sakit telah melakukan pendataan pasien yang akan melakukan pencoblosan di rumah sakit. Selain itu, jumlah pemilih di RS juga telah berkurang lantaran adanya beberapa pasien telah sembuh atau meninggal. 

"Kemarin kita data dan kita tawari siapa yang mau ikut mencoblos di RS. Jumlahnya ada 160 pasien, " jelasnya. 

Ia menambahkan, tugas tenaga medis seperti perawat saat Pilkada hanya mendampingi KPPS serta mengawasi protokol kesehatan saat petugas dan pasien berinteraksi. 

" Kami hanya mengawasi prokes saja kalau soal tata cara pemungutan suara ya tetap dari KPPS," Imbuhnya. 

Seperti diketahui, Kota Semarang menggelar Pilkada dengan satu paslon petahana yakni HendraHendrar Prihadi dan Hevearita Gunaryanti yang melawan kotak kosong. Dengan total pemilih 1.174.068 orang di 3.447 TPS yang tersebar di 16 kecamatan.

Catatan Redaksi: Tulisan ini merupakan hasil kerjasama antara Jaring.id dan Suara.com. Pada Pilkada 2020, kami fokus untuk memproduksi berita terkait penerapan protokol kesehatan dalam pemungutan suara.

Kontributor : Dafi Yusuf

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini