Jateng di Rumah Saja, Pedagang Tegal: Tidak Nurut Nanti Dikira Melawan

Sejumlah pedagang di Pasar Pagi Kota Tegal pasrah dengan adanya kebijakan Jateng di Rumah Saja

Budi Arista Romadhoni
Kamis, 04 Februari 2021 | 16:25 WIB
Jateng di Rumah Saja, Pedagang Tegal: Tidak Nurut Nanti Dikira Melawan
Pedagang di Pasar Pagi Kota Tegal menunggu pembeli, Kamis (4/2/2021). (Suara.com/F Firdaus)

SuaraJawaTengah.id - Gerakan Jateng di Rumah Saja akan diberlakukan pada akhir pekan ini untuk mengurangi penyebaran Covid-19. Pemerintah Kota (Pemkot) Tegal akan menerapkan kebijakan itu dengan menutup pasar tradisional, mal, toko dan obyek wisata selama dua hari.

‎Kendati dinilai memberatkan, sejumlah pedagang di Pasar Pagi Kota Tegal pasrah dengan adanya kebijakan Jateng di Rumah Saja.

"Keberatan, tapi gimana lagi, takut disanksi," kata salah satu pedagang, Sarilah, 45, kepada Suara.com, Kamis (4/2/2021).

Penjual daging ayam itu mengaku merugi jika harus tutup selama dua hari. Sebab, dalam sehari biasanya dia bisa menjual 10 kg daging ayam dengan harga per kilonya Rp38 ribu.

Baca Juga:Gerakan Jateng di Rumah Saja, Apindo Sebut Industri akan Merugi

"Kalau dipikir ya rugi, tapi nurut aja lah, daripada dikira melawan pemerintah. Keadaan lagi kaya gini, nurut aja. Padahal ditutup ya tidak dapat bantuan apa-apa," ucapnya.

‎Pedagang lainnya, Isah, 39, mengaku sudah mendapat sosialisasi terkait rencana penutupan pasar selama dua hari. Dia terpaksa mengikuti kebijakan pemerintah itu.‎ "Pedagang cuma bisa pasrah, dua hari diminta tidak jualan," ujarnya.

Isah berencana untuk mengurangi stok cabai yang dijualnya sebelum pasar ditutup dua hari. Dia khawatir banyak cabai yang tidak laku.

"Kalau cabai kan susah, tidak bisa disimpan karena risikonya busuk‎. Apalagi sekarang cabai lagi mahal. Kalau nanti hari Jumat masih banyak yang tidak laku terpaksa dijualnya setengah harga," tuturnya.

Isah berharap penutupan pasar hanya dilakukan selama dua hari agar tidak semakin memberatkan usahanya.

Baca Juga:Banyumas Tak 100 Persen Terapkan Gerakan 'Jateng di Rumah Saja'

"Kalau terlalu lama pusing. Saya satu rumah ada dua keluarga, tanggung jawab saya semua. Pendapatan cuma dari jualan cabai," ungkap warga Kelurahan Kalinyamat Kulon, Kecamatan Margadana, Kota Tegal itu.

Pasrah juga dilakukan pedagang ‎sayur, Wati, 40. Menurut dia, pendapatannya selama pandemi Covid-19 sudah menurun drastis. 

"Pembeli saya kan rata-rata PKL yang jualan malam hari. Mereka sudah banyak yang tidak jualan. Katanya nanti dua hari jalan-jalan juga ditutup, tambah banyak yang tidak jualan," ujarnya.

Sebelum pandemi, Wati mengaku bisa memperoleh pendapatan hingga Rp100 ribu ‎dalam sehari. Namun sejak ada pandemi, pendapatannya tak sampai Rp50 ribu. "Dapat Rp100 kalau jualannya lagi banyak. Sekarang susah," ucapnya.

Seperti diketahui, Gubernur Jateng Ganjar Pranowo mengeluarkan kebijakan Jateng di Rumah Saja untuk menekan penyebaran Covid-19 setelah penerapan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) dinilai gagal menurunkan kasus. 

Selama kebijakan itu diberlakukan pada 6 - 7 Februari 2021, masyarakat diminta di rumah saja. Sejumlah tempat keramaian seperti pasar, mal, pertokoan dan tempat wisata juga ditutup.

Kontributor : F Firdaus

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini