SuaraJawaTengah.id - Beberapa daerah di Kota Semarang setiap tahunnya mengalami penurunan tanah hingga 19 sentimeter. Hal itu disebabkan ketergantungan Kota Semarang dengan air tanah melalui sumur bor.
Peneliti tata kelola air dan kota University of Amsterdam, Bosman Batubara mengatakan, ketergantungan pada air tanah relevan dengan pengelolaan banjir karena pengambilan air tanah yang berlebihan. Maka hal itu Kota Semarang mengalami penurunan tanah
Menurutnya, amblesan tanah berdampak pada peningkatan risiko banjir di Kota Semarang. Banjir yang dimaksud adalah bajir lokal akibat curah hujan di satu lokasi melebihi kapasitas sistem drainase yang ada.
"Dari akuifer tertekan dapat menyebabkan terjadinya amblesan tanah (land subsidence)," jelasnya melalui kepada awak media, Selasa (16/2/2021).
Baca Juga:Nikmati Banjir, Warga Pekalongan Keliling Kampung Sambil Nyanyi
"Yang kedua yaitu banjir rob yang terjadi akibat aliran dari air pasang atau aliran balik dari saluran drainase akibat terhambat oleh air pasang," imbuhnya.
Beberapa penyebab amblesan tanah selain pemanfaatan air tanah berlebihan adalah pembebanan bangunan, kompaksi (pemadatan) tanah aluvial, aktivitas tektonik.
Selain itu, pengerukan berkala yang dilakukan di Pelabuhan Tanjung Emas juga membuat sedimen di bawah Kota Semarang bergerak ke arah laut.
"Penyedotan air tanah berlebihan biasanya menyebabkan terjadi amblesan tanah dalam skala luas sedangkan pembebanan bangunan menyebabkan amblesan yang lebih lokal," katanya.
Bahkan, ketergantungan air tanah untuk kebutuhan air sehari-hari sampai 79,7 persen. Dari 79,7 persen tersebut, sebanyak 48.6 persen menggunakan air tanah dalam (ATDm) dan 31.1 persen menggunakan air tanah dangkal (ATDl).
Baca Juga:Bawa Bantal, Napi Lapas Pekalongan Mengungsi Karena Banjir
"Kami menemukan di wilayah yang sudah tersedia jaringan PDAM, responden di lokasi tersebut menggunakan air tanah (ATDm) sebagai sumber air utama," ucapnya.
Beberapa daerah yang masih memakai air tanah di Semarang yaitu, Pandean Lamper, Siwalan, Sambirejo, Kangtempel, Rejosari, Lamper Lor, Lamper Kidul dan Lamper Tengah.
Kontributor : Dafi Yusuf