Masjid Baiturrohim Gambiran Tertua di Kabupaten Pati, Ini Kisahnya

Masjid Gambiran berada di Desa Sukoharjo, Kecamatan Margorejo itu terletak sejauh 3,5 kilometer dari pusat Kabupaten Pati

Budi Arista Romadhoni
Sabtu, 10 April 2021 | 16:45 WIB
Masjid Baiturrohim Gambiran Tertua di Kabupaten Pati, Ini Kisahnya
Masjid Baiturrohim Gambiran yang berlokasi Desa Sukoharjo, Kecamatan Margorejo, Pati. [Suara.com/Fadil AM]

SuaraJawaTengah.id - Salah satu masjid tertua di Kabupaten Pati adalah Masjid Baiturrohim Gambiran yang disebut dibangun pada tahun 1600. Bahkan sumber lain mengatakan bangunan sebagai penanda penyebaran agama Islam di kabupaten berjuluk Bumi Mina Tani ini ada sejak tahun 1445.

Masjid yang berada di Desa Sukoharjo, Kecamatan Margorejo itu terletak sejauh 3,5 kilometer dari pusat Kabupaten Pati dan dapat ditempuh hanya dalam kurun waktu 7 menit dengan berkendara.

“Saya tidak bilang Masjid Gambiran adalah masjid tertua di Pati, tetapi masjid ini dibangun pada sekitar abad 16,” ujar Humas Masjid Baiturrohim, Amal Hamzah, di Kabupten Pati, Sabtu (12/4/2021).

Ia mengatakan, masjid ini dahulunya merupakan masjid terbesar di Pati. Sebelum Masjid Agung Baitunnur yang berlokasi di Alun alun simpang 5 Pati selesai dibangun pada tahun 1845.

Baca Juga:Siklon Tropis ODETTE Dekat dengan Cilacap, Ini Penjelasan BMKG

“Masjid Pati itu saja berdiri tahun 1845 direnovasi 1969. Direnovasi kembali 1980 bertahan sampai sekarang. Masjid Pati itu didirikan sesudah Masjid sini,” jelasnya.

Amal menjelaskan, Masjid Gambiran sendiri telah beberapa kali dilakukan renovasi, bahkan sempat dipugar pada tahun 1885 oleh Bupati Pati Raden Ario Candrahadinegara.

Pemugaran tersebut tertuang dalam prasasti berhuruf arab yang terpajang di atas pindu utama masjid.

“Kota Pati kan berdiri sejak 1300-an. Membongkar dan dirikan pada 1885, selesai 1886 itu disebut prasasti gambiran. Tambahan ya salah satunya bagian depan,” terangnya.

Meski sempat direnovasi, Amal melanjutkan, tetapi renovasi itu tidak merubah secara total bentuk arsitekturnya. Satu diantaranya, merubah dinding kayu menjadi tembok. Begitupun atap limas bersusun khas Kesultanan Demak, masih dapat dilihat hingga sekarang.

Baca Juga:Jelang Ramadan, Prosesi Unggahan Banakeling Digelar Terbatas di Banyumas

Sementara, empat pilar penyangga yang agak miring dibiarkan seperti adanya. Begitupun bentuk mimbar, dan posisi jendela-jendela kayu kuno masih asli seperti kali pertama dibangun.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak