Keong Bu Lani, Jajanan Sedap Khas Ramadhan Dari Purwokerto

Namun seiring berjalannya waktu masakannya makin dikenal oleh pecinta kuliner. Tak hanya dari Purwokerto, bahkan merambah hingga ibukota.

Ronald Seger Prabowo
Rabu, 28 April 2021 | 14:40 WIB
Keong Bu Lani, Jajanan Sedap Khas Ramadhan Dari Purwokerto
Keong masak, cemilan khas ramadan dari Purwokerto, Selasa (27/4/2021). [Suara.com/Anang Firmansyah]

SuaraJawaTengah.id - Apa yang pertama kali terlintas dipikiran ketika mendengar kata keong? Tentu saja sawah dan berhubungan dengan lumpur. Bahkan bagi para petani keong ini dianggap hama karena bisa merusak tanaman padi. Keberadaannya yang melimpah di sawah, cukup merepotkan para petani.

Namun siapa sangka, di tangan Chamlani (61) keong ini bisa menjadi konsumsi dan bernilai jual tinggi. Terlebih setelah banyak program televisi yang mengangkat ceritanya pada beberapa tahun lalu.

Chamlani merupakan warga Kauman Lama, Kecamatan Purwokerto Timur, Kabupaten Banyumas. Dari awal ia tinggal disini pada tahun 1995, ia sudah berjualan keong. Namun seiring berjalannya waktu masakannya makin dikenal oleh pecinta kuliner. Tak hanya dari Purwokerto, bahkan merambah hingga ibukota.

"Awalnya sih orang sekitar sini saja. Terus setelah masuk tv malah sekarang kebanyakan pecintanya orang Jakarta. Mereka biasanya nitip ke saudaranya yang disini buat dibawa kesana. Karena jika hanya hitungan satu atau dua hari masih kuat dan terjaga rasanya," katanya kepada Suara.com, saat ditemui, Selasa (27/4/2021).

Baca Juga:Doa Puasa Hari ke 18 Ramadhan, Bacaan Latin dan Maknanya

Bisnis kulinernya ini sempat tutup selama satu tahun. Tepatnya setelah lebaran Idulfitri tahun lalu dan baru kembali buka pada awal puasa ini. Alasannya tentu seperti kebanyakan tempat usaha lainnya. Terdampak pandemi.

"Jualan saya sempat merosot jauh saat musim puasa tahun lalu. Karena kan memang lagi sepi-sepinya itu. Merosotnya jauh sampai 50 persenan. Makanya setelah puasa selesai saya memutuskan untuk istirahat dulu saja sampai sedikit stabil," jelasnya.

Keong masak ini sebenarnya tidak hanya buka saat ramadan. Pada hari biasa Chamlani pun melayani penjualan keong, hanya saja jumlahnya tidak sebanyak saat Ramadhan. Karena memang makanan ini sudah identik dengan cemilan berbuka puasa.

"Kalau hari biasa itu sehari cuma 25 kg sama. Nah kalau puasa ya minim 100 kg keong. Karena memang sudah identik dengan ramadan. Kalau bulan puasa pasti ada keong," terangnya.

Ia mengambil keong langsung dari pedagang. Jika sebelum pandemi bahan yang didapat dari Kabupaten Pekalongan dan Kudus. Namun saat ini keong didapat dari sekitar Kabupaten Banyumas. Ia memiliki alasan tersendiri mengapa ia mengambil keong jauh-jauh dari Pekalongan.

Baca Juga:Puasa Jauh dari Rumah, Anak Tertampar Lihat Rekaman CCTV Pas Ibu Berbuka

"Tahun-tahun lalu, keong di Banyumas kebanyakan kecampur sama keong mas. Padahal itu tidak bagus jika dijadikan konsumsi. Harus keong yang warna hitam, nah yang masih bagus itu dari Kabupaten Pekalongan. Makanya kita ambil sana. Tapi setelah adanya pandemi ongkos kirimnya kan lumayan juga, jadi kita ambil lokal saja. Sekarang juga kualitasnya sudah bagus, tidak banyak yang kecampur keong mas," ujarnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini