Kisah Dafa, Korban Begal dari Banyumas yang Ingin Jadi Polisi

Dafa warga Banyumas ini menjadi korban begal pada 2019 lalu

Budi Arista Romadhoni
Minggu, 02 Mei 2021 | 10:07 WIB
Kisah Dafa, Korban Begal dari Banyumas yang Ingin Jadi Polisi
Dafa, korban begal yang memiliki bekas luka di wajahnya dan saat ini tengah mendaftar sebagai anggota polisi di kediamannya, Perumahan Griya Satria Mandalatama, Kelurahan Karanglewas Kidul, Kecamatan Karanglewas, Kabupaten Banyumas, Sabtu (1/5/2021). [Suara.com/Anang Firmansyah]

SuaraJawaTengah.id - Bulan puasa tahun 2019 menjadi pengalaman paling berkesan bagi Dafa Pandora Altaffadilah warga Banyumas. Kecintaannya pada alam membuat ia senang berwisata.

Waktu itu, selepas sahur ia bersama temannya berangkat dari Banyumas ke Pantai Sodong, Kecamatan Adipala, Kabupaten Cilacap. Jaraknya berkisar 40 km. Ia berangkat saat masih petang agar bisa menjumpai matahari terbit di pantai tersebut.

Bersama kedua temannya, berangkatlah dengan menggunakan dua sepeda motor ke pantai Sodong. Sebelumnya Dafa tidak memiliki firasat apapun akan menjadi korban begal. Saat itu posisinya jadi siswa baru di SMA 5 Purwokerto. 

"Nah pas sampai pantai, kami istirahat di warung yang tutup. Karena waktu sampai kan masih gelap. Perjalanan juga lumayan jauh. Jadi nyari tempat duduk dulu," katanya saat ditemui di kediamannya, Perumahan Griya Satria Mandalatama, Kelurahan Karanglewas Kidul, Kecamatan Karanglewas, Kabupaten Banyumas, Sabtu (1/5/2021).

Baca Juga:Gara-gara Ini, Dua Musala dan Masjid di Banyumas Ditutup

Tak lama berselang, ia didatangi dua orang yang mengendarai sepeda motor. Posturnya tak begitu tinggi, namun ia tahu persis yang berbicara dengannya adalah orang dewasa. Terdengar dari suara yang besar.

"Dia terus tanya 'ana rokok ra?', terus saya jawab ga punya mas. Dia tanya lagi saya asalnya dari mana, ya saya jawab dari Purwokerto. Setelah itu ia keliling sekitar tempat duduk saya untuk memastikan situasi," jelasnya.

Melihat gerak-gerik nya yang sedikit aneh, dirinya sedikit curiga. Melihat tiga gawai yang diletakan di meja, Dafa langsung bereaksi. Namun ia kalah cepat dengan orang ini.

"Orang ini langsung merebut hp kami. Terus coba kabur naik motor sama temennya. Saya langsung refleks buat melawan. Ada sekitar 10 menitan saya adu pukul untuk merebut hp nya lagi. Tapi cuma dua yang dapet. Satunya lagi ga berhasil," ujarnya.

Upaya kedua pelaku kabur hampir berhasil. Namun Dafa dan temannya langsung mengejar dengan mengendarai sepeda motor. Kedua pelaku ini jatuh karena perlawanan dari Dafa dan temannya.

Baca Juga:Klaster Tarawih Ditemukan di Banyumas, Puluhan Warga Terpapar Covid-19

"Nah pas jatuh ini saya terus melawan. Hampir kena tuh hpnya tapi saya tidak sadar ternyata pelaku ini bawa senjata tajam seperti pisau. Karena masih gelap mungkin jadi tidak terlihat. Tiba-tiba muka saya mengeluarkan darah dari pipi sampai dahi. Teman saya malah yang kasih tahu," akunya.

Sadar wajahnya mengeluarkan darah, ia langsung meminta pertolongan. Awalnya Dafa berpikir darah tersebut berasal dari dalam mulutnya karena sempat adu pukul dengan pelaku ini. Namun setelah sedikit terang ia baru menyadari ia mengalami luka sayatan.

"Setelah itu saya nyari pertolongan, karena kan sepi sekali. Ada sekitar 15 menit sampai akhirnya ada salah satu pemilik warung yang tidur di dalam terbangun. Nah dia langsung meminta pertolongan ke warga yang ada di pemukiman. Dari situ saya di bawa ke Puskesmas, tapi karena kepagian jadi belum buka," lanjutnya.

Kondisinya yang semakin parah membuat ia harus mendapat pertolongan secepat mungkin agar tidak kehabisan darah. Dari situ kemudian, ia di bawa kesebuah klinik di Kecamatan Adipala. Tak banyak pikir, wajahnya mendapat jahitan sepanjang pipi sampai dagu.

"Nah disitu sudah ada anggota polisi yang nangani, mungkin karena ada laporan warga juga ya. Responnya cepat banget. Sampai membuat saya kagum dan merasa aman," katanya.

Dari situlah, tekadnya untuk menjadi anggota polisi semakin menggebu. Ia sebenarnya sudah sejak SMP mengikuti ekstrakurikuler Pramuka. Tujuannya agar memiliki pengalaman kegiatan alam yang lebih banyak. Selain itu juga bisa dilatih langsung oleh anggota kepolisian.

"Saya ya ada memang niatan jadi polisi. Tapi setelah kejadian itu saya jadi semakin yakin. Salut saya dengan kerja anggota polisi. Cepat sekali responnya dan sigap saat ada laporan. Waktu itu pelaku ya kurang dari sebulan tertangkap. Waktu menunggu itu pun orangtua saya komunikasinya aktif sama anggota Polres Cilacap. Kaya butuh tandatangan berkas apa, pak polisinya yang kesini, padahal kan lumayan jauh," jelasnya.

Mendengar adanya penerimaan anggota polisi baru, ia langsung mendaftar. Padahal saat ini posisinya, ia baru selesai menjalani Ujian Sekolah. Senin besok menjadi pertaruhan hidup dan mati ia bisa masuk anggota polisi atau tidak. Bukan tanpa alasan ia bakal mendapat kendala, luka bekas sayatan sewaktu melawan begal terlihat jelas di wajahnya.

"Semoga saja ya saya bisa lolos tahap pemeriksaan kesehatan besok Senin di Semarang. Karena kan luka ini bukan keinginan saya, saya bahkan memberantas kejahatan dengan melawan pelaku. Karena kan persyaratan masuk polisi harus tidak ada luka fisik. Tapi ini luka ada kisahnya," lanjutnya.

Ia tidak merasa yakin dengan kondisi lukanya. Namun keinginannya menjadi bagian anggota kepolisian mengalahkan rasa ketidak yakinannya. Dafa berharap ada dispensasi dengan kondisi lukanya. Karena selama ini ia sudah melatih fisiknya dengan berlari dan olahraga.

Postur tubuhnya yang tegak dan tinggi juga bisa jadi nilai plus ketimbang peserta lain. Petugas polisi yang saat itu membantu tanpa pamrih menjadi kisah manis dibalik peristiwa pahit yang baru saja dialami.

"Kalau seandainya masuk jadi anggota polisi saya pengin di bagian Reskrim. Karena saya ingin membantu masyarakat yang mengalami tindak kejahatan kaya saya waktu itu. Tapi ya semoga saja ada keajaiban," kata anak pertama dari dua bersaudara ini.

Mendengar keinginan anaknya tersebut, orangtua Dafa, Drian dan Erni sangat mendukung langkah anaknya. Ia tahu betul cita-cita anaknya menjadi bagian Polri begitu besar.

"Tiap hari Dafa lari dan melatih fisiknya biar bisa keterima. Tapi kan memang salah satu syaratnya tidak ada bekas luka di tubuh. Ini Dafa jelas banget lukanya di wajah. Saya cuma bisa mendoakan biar bisa dikasih terbaik," kata Erni

Keinginan anaknya jadi Polisi muncul secara alami. Karena dalam silsilah keluarganya tidak ada yang bekerja di bidang militer.

"Bapaknya ini dahulu kerja di proyek, tapi sekarang kondisi nya sakit. Sudah sekitar dua tahun ini lah. Sedangkan saya jadi tukang jahit sambil jualan donat melalui online. Keterima atau pun tidak saya serahkan sama yang di Atas. Tapi yang jelas Dafa sudah berusaha semaksimal mungkin," tandasnya.

Kontributor : Anang Firmansyah

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak