SuaraJawaTengah.id - Siswanto atau akrab dipanggil Siboen, bapak tiga anak berumur 37 tahun dari Desa Kasegeran, Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas, tidak pernah menyangka melalui media Youtube akan menaikkan derajat kemapanan keluarganya.
Lima tahun silam, kisah hidupnya bertolak belakang 180 derajat dari kehidupannya sekarang. Sewaktu itu, Siboen masih sibuk dengan satu-satunya mata pencaharian di dunia perbengkelan. Medio 2017 menjadi titik balik cerita singkat kesuksesan Siboen, berkat menonton sekilas berita mengenai Atta Halilintar di layar televisi yang berpenghasilan menggunakan media YouTube.
"Awal mula perjalanan ini sebenarnya saat saya tidak sengaja nonton Atta Halilintar yang bisa memiliki penghasilan dari Youtube. Saat itu saya berpikiran ingin mengembangkan usaha saya. Tapi kan susah buka bengkel di desa. Pasti ya "pasiennya" segitu-gitu saja dan orangnya itu-itu saja," kata Siboen menceritakan kisah hidupnya di kediamannya, Desa Kasegeran, Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas, Senin (7/6/2021).
Bukan berarti ia mengidolakan Atta Halilintar, ia hanya ingin mendapatkan penghasilan lebih dengan cara halal dengan kemampuan yang saat itu sangat terbatas.
Baca Juga:Nekad Terbangkan YouTuber Cuma Pakai Lakban, Seorang Pilot di Rusia Diskors
Tak berhenti hanya disitu, ia juga melihat fenomena anak-anak desa tempatnya tinggal kerap melontarkan kata "cingire".
Ia penasaran lalu mencari tahu sendiri fenomena anak-anak sekitaran yang kerap berkata "cingire". Rupanya anak-anak tersebut menirukan perkataan cerita komedi oleh Youtuber asal Kebumen. Dari situlah awal mula konten-kontennya dimulai.
Tiga bulan pertama, tiap harinya ia dengan rutin mengunggah konten komedi yang melibatkan anak sekitaran. Hanya dengan bermodalkan Handphone jenis Xiaomi Redmi 4x dan Samsung Duos ia bikin konten seadanya.
Awal mula, ia kesulitan untuk membuat konten dengan durasi panjang. Keterbatasan kartu memori menjadi satu-satunya penyebab. Maklum saja, perekonomiannya saat itu masih sangat terbatas.
Konten komedi yang saat itu ia buat rupanya kurang diminati oleh warganet. Faktanya, jumlah kunjungan dan pengikutnya tak kunjung naik. Hingga pada akhirnya, datanglah seorang yang ingin membetulkan aki motor jenis N-Max. Karena keluaran terbaru, ia kesulitan untuk mencari letak aki berada.
Baca Juga:Termasuk Kapolsek, Begini Kronologi 22 Anggota Polsek Cilongok Terpapar Covid-19
"Sudah saya bongkar sebelah depan tidak ada, tengah juga tidak ada, terus saya ngomong ke orangnya ga sanggup karena akinya tidak ketemu. Orangnya terus nyuruh saya buat lihat di Youtube saja. Akhirnya ketemu tuh, tapi rata-rata konten yang diunggah di Youtube mengenai tutorial perbengkelan kurang jelas untuk orang awam," akunya.
Dari situlah ide untuk membuat konten tutorial dunia perbengkelan motor tercetus. Bukan tanpa sebab, pasalnya keterampilan ia di dunia perbengkelan bukan diraih dari pendidikan STM. Pendidikan resmi yang ia raih adalah jenjang Sekolah Dasar (SD).
Alasannya hampir sama dengan kebanyakan orang yang putus sekolah. Himpitan ekonomi orangtuanya. Ia lulus SD pada tahun 1996. Setelah itu ia memutuskan merantau ke Jakarta. Dua tahun berselang tepatnya saat kerusuhan 1998 ia pulang karena merasa takut.
"Kalau misal tidak ada kerusuhan itu mungkin saya sampai saat ini masih di Jakarta. Tapi saya takut dan akhirnya pulang ke rumah," terangnya.
Dua tahun lamanya ia gunakan membantu orangtua yang saat itu bertani. Kemudian datanglah informasi mengenai pelatihan bebas biaya di Kabupaten Magelang dari Kepala Desa nya saat itu. Tempat pelatihan itu bernama Balai Rehabilitasi Antasena.
Sebenarnya Balai Rehabilitasi Antasena merupakan tempat pembekalan bagi anak-anak putus sekolah yang berperilaku nakal milik Departemen Sosial. Namun ia tidak mengetahui informasi tersebut. Sepengetahuannya yang membuka pelatihan ada tempat kursus.