Pedagang Bakso Relawan Pemakaman Jenazah Covid: Stop Jualan Demi Tugas

Selain menjajakan bakso keliling kampung, dia juga sering mangkal di Pasar Salaman.

Ronald Seger Prabowo
Rabu, 15 September 2021 | 08:45 WIB
Pedagang Bakso Relawan Pemakaman Jenazah Covid: Stop Jualan Demi Tugas
Musyafak (55 tahun), relawan pemakaman Covid Desa Menoreh, Magelang yang sehari-hari bekerja sebagai penjual bakso keliling. [Suara.com/ Angga Haksoro Ardi]

SuaraJawaTengah.id - Pedagang bakso keliling di Salaman, Kabupaten Magelang menjadi relawan pemakaman Covid-19 Desa Menoreh. Rela meninggalkan berdagang jika tugas memanggil.

Musyafak (55 tahun) sejak tahun 2014 memutuskan pulang kampung, setelah bertahun-tahun merantau di Malang, Jawa Timur.

“Orang tua saya di sini sudah tua. Saya disuruh pulang kampung untuk menunggui sampai meninggal,” kata Musyafak kepada SuaraJawaTengah.id.

Pertama kembali ke Magelang, Musyafak bingung harus memulai usaha apa. Ternyata tidak mudah mencari pekerjaan di kampung halamannya sendiri selain menjadi buruh bangunan dan petani.

Baca Juga:Menko PMK Sebut Virus Covid-19 Sangat Cerdas, Bikin Orang Pintar Jadi Terlihat "Bodoh"

Berbekal pengalamannya berjualan bakso di Malang, Musyafak memutuskan melanjutkan usaha yang sama di Magelang. Selain menjajakan bakso keliling kampung, dia juga sering mangkal di Pasar Salaman.     

“Istri saya kan orang Malang. Jadi saya di sana sudah belajar jualan bakso Malang. Akhirnya itu yang saya geluti. Saya coba, akhirnya berjalan sampai sekarang,” ujar Musyafak.

Naluri Musyafak untuk membantu orang kesulitan, muncul saat pandemi Covid-19 melanda kampungnya. Dia melihat sendiri bagaimana warga kampung kesulitan memakamkan orang yang meninggal terkonfirmasi Covid.

Terlebih saat jumlah kasus penularan Covid sempat naik drastis pada Juni-Juli 2021. “Satu hari itu bisa memakamkan prokes sampai 3 kali. Itu kejadian di Desa Singonalan. Malamnya di Tanjung Anom dan paginya langsung di Kauman, Desa Menoreh,” ujar Musyafak.

Relawan pemakaman prokes Desa Menoreh sempat kewalahan mendapatkan alat pelindung diri. Persediaan APD yang disediakan Desa Menoreh jumlahnya terbatas.

Baca Juga:Pemprov Sulsel Mulai Tutup Sejumlah Ruangan Pasien Covid-19 di Rumah Sakit

Terpaksa Musyafak dan relawan lainnya harus patungan menggunakan uang pribadi untuk membeli alat pelindung diri.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini