SuaraJawaTengah.id - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika atau BMKG mengimbau warga di wilayah Jawa Tengah bagian selatan maupun pegunungan tengah Jateng untuk mewaspadai potensi terjadinya bencana hidrometeorologi pada musim hujan 2021-2022.
"Ada potensi bencana hidrometeorologi, terutama pada bulan November-Desember untuk Cilacap dan sekitarnya, kemudian Desember-Januari untuk Banyumas dan sekitarnya karena saat itu merupakan puncak musim hujan untuk wilayah tersebut," kata Kepala Kelompok Teknisi BMKG Stasiun Meteorologi Tunggul Wulung Cilacap Teguh Wardoyo di Cilacap, Selasa (19/10/2021).
Selain itu, kata dia, kondisi cuaca pada musim hujan 2021-2022 di wilayah Jateng selatan dan pegunungan tengah Jateng juga dipengaruhi oleh datangnya La Nina menjelang akhir tahun 2021 sehingga perlu diwaspadai.
Menurut dia, peringatan dini untuk waspada terhadap datangnya La Nina menjelang akhir tahun 2021 tersebut telah dirilis oleh BMKG Pusat pada 18 Oktober 2021.
Baca Juga:Banjir Rob Berpotensi Terjadi di Belawan Selama 6 Hari
"Oleh karena itu, kami mengimbau masyarakat untuk mewaspadai potensi terjadinya bencana hidrometeorologi pada musim hujan kali ini. Bagi masyarakat yang bermukim di daerah rawan banjir, kami imbau untuk menormalisasi saluran air agar tidak mengakibatkan terjadinya genangan saat hujan lebat," ujarnya.
Sementara bagi warga yang bermukim di daerah rawan longsor, kata dia, diimbau untuk segera menutup retakan tanah agar tidak kemasukan air saat hujan lebat karena dapat mengakibatkan terjadinya longsor.
Ia mengatakan jika di sekitar rumah terdapat pohon yang dahannya rimbun, hendaknya dipangkas agar tidak roboh ketika terjadi angin kencang.
"Informasi mengenai perkembangan cuaca akan kami infomasikan setiap saat melalui media massa maupun media sosial resmi milik BMKG," kata Teguh.
Sementara dalam siaran pers yang dikeluarkan pada 18 Oktober, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan berdasarkan monitoring terhadap perkembangan terbaru dari data suhu permukaan laut di Samudra Pasifik bagian tengah dan timur, menunjukkan bahwa saat ini nilai anomali telah melewati ambang batas La Nina, yaitu sebesar minus 0,61 pada Dasarian I Oktober 2021.
Baca Juga:Membayar Nazar, Pesilat Jateng Ini Lari dari Salatiga ke Klaten Usai Juara di PON Papua
"Kondisi ini berpotensi untuk terus berkembang dan kita harus segera bersiap menyambut kehadiran La Nina 2021-2022 yang diprakirakan akan berlangsung dengan intensitas lemah sampai sedang, setidaknya hingga Februari 2022," tuturnya.
Didasarkan pada kejadian La Nina tahun 2020, kata dia, hasil kajian BMKG menunjukkan bahwa curah hujan mengalami peningkatan pada November-Desember-Januari terutama di wilayah Sumatera bagian selatan, Jawa, Bali hingga NTT. Kemudian Kalimantan bagian selatan, dan Sulawesi bagian selatan, maka La Nina tahun 2021 diprediksikan relatif sama dan akan berdampak pada peningkatan curah hujan bulanan berkisar antara 20 persen hingga 70 persen di atas normalnya.
Dengan adanya potensi peningkatan curah hujan pada periode musim hujan tersebut, maka perlu kewaspadaan dan kesiapsiagaan terhadap potensi lanjutan dari curah hujan tinggi yang berpotensi memicu bencana hidrometeorologi.
Dwikorita juga mengingatkan agar pemerintah daerah, masyarakat terkait dengan pengelolaan sumber daya air dan pengurangan risiko bencana yang berada di wilayah yang berpotensi terdampak La Nina, agar bersiap melakukan langkah mitigasi terhadap peningkatan potensi bencana hidrometeorologi seperti banjir, longsor, banjir bandang, dan angin kencang atau puting beliung ataupun terjadinya badai tropis. (Antara)