Dakwah Ala Ponpes Rubat Mbalong Ell Firdaus Cilacap, Ajarkan Hidup Duniawi dan Akhirat

Syiar dakwah tak harus teriakan takbir di tengah jalan, Ponpes Rubat Mbalong Cilacap ajarkan santri bertahan hidup dari pertanian dan peternakan

Budi Arista Romadhoni
Selasa, 19 Oktober 2021 | 17:33 WIB
Dakwah Ala Ponpes Rubat Mbalong Ell Firdaus Cilacap, Ajarkan Hidup Duniawi dan Akhirat
Santri tengah memeriksa kondisi kesehatan ikan lele gabus yang diternak di Pondok Pesantren Rubat Mbalong Ell Firdaus, Kecamatan Kedungreja, Kabupaten Cilacap, Minggu (10/10/2021). [Suara.com/Anang Firmansyah]

Meski begitu, ada dua kategori santri yang mondok di sini. Untuk yang formal, mereka selain mondok juga bersekolah. Untuk yang santri ini dikenakan biaya administrasi dan tidak diwajibkan untuk mengikuti kegiatan berkebun dan beternak.
Sedangkan yang non formal, mereka diwajibkan untuk terlibat ke tiap divisi kegiatan yang sudah tersedia.

"Untuk santri formal itu dikenakan biaya ada administrasinya. Sedangkan yang sudah lulus atau yang tidak sekolah formal itu gratis. Makan dan lain-lain itu tidak dibebankan biaya untuk yang sudah lulus atau yang cuma mondok di sini. Tapi diwajibkan ikut kegiatan untuk menyukseskan visi misi pondok pesantren," terangnya.

Santri tengah menyirami tanaman kangkung darat di lahan Pondok Pesantren Rubat Mbalong Ell Firdaus, Kecamatan Kedungreja, Kabupaten Cilacap, Minggu (10/10/2021). [Suara.com/Anang Firmansyah]
Santri tengah menyirami tanaman kangkung darat di lahan Pondok Pesantren Rubat Mbalong Ell Firdaus, Kecamatan Kedungreja, Kabupaten Cilacap, Minggu (10/10/2021). [Suara.com/Anang Firmansyah]

Mengapa ada Kegiatan Bertani dan Berkebun?

Pengasuh Pondok Pesantren Rubat Mbalong, KH Hasan Masngud atau biasa dipanggil Gus Hasan menjelaskan, yang melatarbelakangi tercetusnya kegiatan pertanian dan peternakan adalah basic dari orangtua santri yang rata-rata memiliki karangan dan lahan pertanian.

Baca Juga:Menyusuri Teknologi Tepat Guna di Dusun Bondan Kampung Laut Cilacap

"Saya berpikir bahwa Indonesia adalah agrikultur yang punya banyak pertanian, pekarangan, peternakan dan bisa dimanfaatkan, sehingga setidaknya ketika pulang dari pesantren, anak-anak mempunyai basic yang sudah bisa dieksekusi ada teori, praktek kemudian di rumahnya masing-masing bisa berdakwah dengan kemandirian yang bisa diterapkan," terang Gus Hasan.

Awal berdirinya pondok pesantren tersebut bermula dari 4 santri yang ditugaskan mengurus kolam dan kambing pada tahun 2009. Hingga tahun ini yang tercatat sebagai santri berjumlah 280 anak. Dari jumlah itu kemudian dibagi menjadi 3 kelompok.

"40 persen itu santri enterpreuner, putra dan putri dibidang peternakan dan pertanian untuk agrobisnis. Kemudian yang 20 persen adalah santri tahfiz khusus putri, dan 40 persen sisanya mereka yang sekolah formal. Jadi massa kaderisasi masuk tahun pertama sampai ketiga aktif di sekolah tidak dilibatkan secara enterpreuner. Mereka hanya melihat dan membantu, nanti setelah lulus, kami MoU dengan keluarganya bahwa anak-anak ini ditempatkan di bagian yang cocok untuk memilih kegiatan. Sehingga regenerasinya tertata," lanjutnya.

Kegiatan ini menurut Gus Hasan juga sebagai bagian menangkal pemahaman radikalisme yang selama ini melekat dengan pondok pesantren. Dengan diberi pemahaman mengenai ilmu dunia, tentunya santri akan memiliki sudut pandang yang berbeda.

"Ketika alam radikalisme diluar sana menjadi momok bagi pesantren-pesantren yang memiliki keterbatasan di dalam pemahaman Alquran dan hadis, tapi saat ini anak-anak diberi satu wacana yang lain. Ketika agama, materi agama, syareatnya kemudian diaplikasikan dengan kegiatan secara lahiriah untuk memapankan diri, nduwe sangu urip ndunya, ternyata anak-anak itu kesliwer untuk menyalurkan bakatnya," tuturnya.

Baca Juga:Jelang PTM, TNI AL Vaksinasi 2 Ribu Santri di Ponpes Darul Ulum Jombang

Gus Hasan meyakini dengan adanya kegiatan ini, sedikit banyak akan menurunkan deradikalisasi hal-hal yang bersifat terorisme.

Perkembangan teknologi tentunya harus diikuti juga oleh pemahaman santri. Apa yang kira-kira dapat dikembangkan secara inovasi menjadi landasan agar ponpes ini terus eksis dengan memiliki karakteristik yang berbeda.

"Kami juga bekerjasama dengan akademisi dari Unsoed, terus juga ada kemitraan dari swasta khususnya Bank Indonesia Purwokerto yang memiliki program penguatan ekonomi pondok pesantren dan bekerjasama dengan kami sejak tahun 2014 sampai sekarang," paparnya.

"Kami bisa menularkan role model yang ada di pondok sini, pondok pesantren ber basic agama, ada yang sekolah, ada yang tahasus agama kemudian ada kegiatan yang bersifat kemandirian. Kemudian pada tahun 2017 kami alhamdulillah terpilih menjadi satu dari lima pondok pesantren se Indonesia yang memiliki kemandirian dari Kementerian Agama. Waktu itu kegiatannya di Surabaya," tandasnya.

Kontributor : Anang Firmansyah

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini