Wajibkan Tes PCR Bagi Penumpang Pesawat, Usaha Wisata dan Penerbangan akan Semakin Hancur?

Pemerintah mewajibkan masyarakat yang berpergian atau penumpang untuk melakukan tes PCR meskipun sudah vaksin kedua, hal itu akan memperburuk pariwisata dan penerbangan?

Budi Arista Romadhoni
Jum'at, 22 Oktober 2021 | 11:33 WIB
Wajibkan Tes PCR Bagi Penumpang Pesawat, Usaha Wisata dan Penerbangan akan Semakin Hancur?
Ilustrasi tes PCR. Pemerintah mewajibkan masyarakat yang berpergian atau penumpang untuk melakukan tes PCR meskipun sudah vaksin kedua, hal itu akan memperburuk pariwisata dan penerbangan? (Elements Envato)

"Harusnya hati-hati, kemudian dicoba dulu, dicek apakah tidak ada penularan selama dua minggu lah paling tidak. Kalau itu bagus ya silakan dinaikkan jadi 90% atau 100%," ujarnya kepada BBC News Indonesia.

Selain itu, ia menekankan perlunya pengawasan ekstra pada laboratorium yang mengeluarkan hasil tes PCR. Jangan sampai ada calon penumpang yang hanya membeli hasil negatif tanpa diperiksa, ujarnya.
Waspada gelombang ketiga

Bagaimanapun, Miko berpendapat bahwa pembatasan perjalanan saja tidak cukup untuk mencegah terjadinya lonjakan kasus baru atau gelombang ketiga.

Ia memperkirakan Indonesia mengalami gelombang ketiga pada Januari 2022, meskipun kemungkinan besar jumlah kasusnya akan lebih kecil dari gelombang pertama dan gelombang ke dua jika capaian vaksinasi dosis kedua sudah lebih dari 50%.

Baca Juga:Tes Antigen Tak Lagi jadi Syarat Penerbangan, Puan: Kenapa Dulu Covid Belum Landai Boleh?

Ia menjelaskan ada empat persoalan dalam penanganan pandemi Covid-19 di Indonesia saat ini.
Pertama, pihak berwenang tidak mampu menangkap jumlah kasus sesungguhnya - yang bisa dua, tiga, bahkan empat kali lipat dari jumlah kasus yang tercatat.

Kedua, pelonggaran pembatasan sosial yang dinilai sangat tidak hati-hati dan tidak berdasarkan data.

"Anak-anak masuk mall tanpa ada evidens yang bagus, sekolah pada masuk tanpa ada evidens yang bagus; berapa anak sekolah yang sudah terinfeksi, berapa yang belum, tidak ada data. Jadi itu kan namanya tidak hati-hati," kata Miko.

Ketiga, capaian vaksinasi yang masih terbilang rendah yaitu di bawah 50%. Per Kamis (21/10), jumlah masyarakat yang sudah divaksinasi dosis kedua mencapai 31,50 persen dari target sasaran vaksinasi. Sementara cakupan vaksinasi dosis pertama sudah 53,26 persen dari target.

"Untung kita sudah mengalami badai Covid jadi orang yang terinfeksi Covid di Indonesia atau di Jawa-Bali khususnya sudah 60%. Walaupun vaksinasi masih 30%, yang lain sudah kebal karena sudah pernah terinfeksi," ujarnya.

Baca Juga:Terungkap! Satgas Covid-19 Alasan Tes PCR Kembali Diwajibkan untuk Perjalanan Udara

Dan keempat, potensi terjadinya kerumunan selama liburan Natal dan Tahun Baru. Miko menilai, tingkat kepatuhan pada protokol kesehatan sudah menurun di masyarakat, dengan banyak orang tidak memakai masker.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini