Ia semakin mantap untuk meniti perjuangannya dari nol. Riza melakukan pelatihan pembuatan tepung mocaf kepada petani singkong. Harapannya, petani dapat menjual hasil panennya dengan harga yang lebih tinggi jika dibandingkan langsung menjualnya dalam bentuk singkong.
Namun ternyata tak semudah itu. Riza mendapati masalah serius pada proses pemasaran. Petani mengeluh tidak bisa memasarkan produk tepung mocaf yang dibuat dengan jerih payah yang lebih dari hanya sekadar panen.
"Mungkin sebagian orang lihatnya saat ini, setelah memperoleh beberapa pencapaian. Tapi 7 tahun - 8 tahun itu kan panjang, sempat jatuh bangun, nyoba sendiri di rumah, kemudian diajarkan ke petani yang waktu itu belum tentu mau. Pikirku cukup mendampingi petani kemudian mereka bisa menjual sendiri. Ternyata tidak semudah itu. Ketika mengajarkan mereka, mereka komplain gimana cara menjualnya, butuh dokumen untuk identitas produk penjualan juga,"tutur Riza.
Seketika, Ia menyadari bahwa konsep pemberdayaan yang dilakukan belum tuntas. Ia memutuskan untuk membentuk ekosistem dari hulu ke hilir yaitu dari awal sampai akhir. "Tersadar setelah tahun 2016, ketika petani tidak bisa memasarkan. Kemudian ketika membentuk ekosistem muncul masalah lagi yaitu waktu itu masih kepikiran mau pemberdayaan atau bisnis, karena ada relawan yang butuh kehidupan juga,"kata dia.
Baca Juga:Beredar Video Arus Deras Kali Kacangan Banjarnegara, Warga dan Pemancing Diminta Waspada
Ia akhirnya melakukan konsultasi untuk menggabungkan sosial dengan bisnis yang disebut Sociopreneur. Hasilnya, konsep tersebut dinilai sangat menguntungkan bagi semua pihak.
"Ternyata memang ada yang namanya socialpreneur, hasil dari kegiatan sosial kita pasarkan, tapi ini bisnis berbasis keadilan,jadi sangat terbuka dan sangat diuntungkan serta tidak ada yang dirugikan. Jadi hasil bisnis bisa untuk kegiatan sosial, sustainability ,sehingga relawan bisa hidup, ini bisa jadi solusi," kata dia.
Sejak saat itu, Riza bersama tim membentuk ekosistem bisnis dari hulu sampai hilir dalam wadah yang diberi nama Rumah Mocaf Indonesia (RMI). Dalam Rumah Mocaf terdapat tiga klaster yaitu petani, pengrajin mocaf, dan branding sampai pemasaran.
"Di Rumah Mocaf ada tiga klaster yaitu klaster petani penghasil singkong organik yang berkualitas. Kemudian klaster kedua ibu ibu yang tidak ada pekerjaan, sekarang jadi pengrajin tepung mocaf yang tugasnya mengupas dan memotong singkong. Lalu klaster tiga pendampingan. Nah di kluster inilah proses pengemasan, sertifikasi, branding, digital marketing sampai menyiapkan ikut ajang lomba," jelas dia.
Pengusaha muda kelahiran 24 Maret 1991 ini juga memiliki konsep bisnis tanpa riba. Riza aktif ikut serta lomba sebagai jalan pintas untuk mendapat modal tanpa hutang. Kebetulan punya konsep nggak mau mainan riba untuk modal, konsep sociopreneur organik. Dan kami membuktikan tanpa ada suntikan pinjaman bisa, meski tidak secepat dengan yang menggunakan pinjaman,"ujar dia.
Baca Juga:Tidur dengan Kakaknya, Bocah Gilang Tewas dalam Bencana Tanah Longsor di Banjarnegara
Kini, Rumah Mocaf Indonesia bekerjasama dengan 580 petani singkong dan pengrajin tepung mocaf di Kabupaten Banjarnegara. "Total sekitar 580 orang, itu jumlah petani dan juga pengrajin,"imbuh dia.