Perjalan Pemuda Banjarnegara, Menjadi "Sarjana Telo" Demi Berjuang untuk Ketahanan Pangan

Ini kisah pemuda milenial dari banjarnegara yang dijuluki sebagai sarjana Telo

Budi Arista Romadhoni
Kamis, 28 Oktober 2021 | 07:00 WIB
Perjalan Pemuda Banjarnegara, Menjadi "Sarjana Telo" Demi Berjuang untuk Ketahanan Pangan
Riza Azzumaridha Azra, Petani Milenial Berjuang Dalam Pemberdayaan dan Ketahanan Pangan di Banjarnegara. (Suara.com/Citra Ningsih)

Tak hanya itu, keberhasilan Rumah Mocaf dibuktikan juga dengan perolehan penghargaan lomba bergengsi seperti, Hyundai startup challenge, Indonesia food innovation, kemudian Anugrah Bangga Buatan Indonesia, Kick Andy Heroes, dan Astra startup challenge. "Berkat doa para petani,

Rumah Mocaf berhasil meraih sejumlah penghargaan itu,"kata Riza sambil menunjuk piala yang berderet di depannya. Belum lama ini, founder Rumah Mocaf Indonesia juga mendapat kesempatan untuk berkeliling ke enam negara eropa dalam pameran inovasi pangan.

Ia merasa beruntung karena produk mocaf cocok dengan isu glutten free yang sedang booming di eropa.

"Saya mendadak ditelpon untuk keliling ke negara eropa. Ada Italy, Roma, Flores, Milan, Amsterdam, Den Haag, Belgia, dan Jerman, singkong lagi naik daun di negara eropa yang isunya tentang gluten free. Alhamdulillah dapet perjanjian kerjasama sama pembeli dari Belgia dan Amsterdam. Mereka mau order mocaf,"ungkap dia.

Baca Juga:Beredar Video Arus Deras Kali Kacangan Banjarnegara, Warga dan Pemancing Diminta Waspada

Sebelumnya, produk mocaf juga sudah export ke sejumlah negara lain seperti Malaysia, Singapura, dan Inggris. Ia menyampaikan pesan Bung Karno bahwa salah satu faktor maju - mundurnya faktor adalah sektor pangan dan pertanian. Sehingga, Riza berharap kepada pemuda untuk tidak enggan menjadi petani milenial.

Menurutnya, petani milenial tidak hanya sekedar menanam atau budidaya, tapi juga bisa mengemas, branding sampai digital marketing. Sehingga pertanian dapat terlihat seksi dan kekinian.

"Kata Bung Karno maju mundurnya bangsa salah satu faktor pentingnya adalah tentang pangan dan pertanian. Semaju majunya bangsa di bidang IT dan sebagainya kalau kurang pangan dari pertanian ya bisa mati kelaparan. Saatnya pemuda bangsa ikut andil turut menjadi agen perubahan. Turun untuk mengkolaborasikan hasil tani pangan lokal agar memiliki nilai tambah sehingga bisa go internasional, kuncinya ada pada anak muda sebagai pemegang tongkat estafet,"tegas Riza.

Ia merasa miris, Indonesia yang dikenal sebagai negara agraris, mengalami penurunan jumlah petani. Bahkan, sebagian besar petani saat ini sudah berusia lanjut.  

"Data yang kami peroleh terakhir bahwa petani muda secara jumlah turun, sekarang itu usia petani rata rata diatas 40 tahun -50 tahun. Ini harus regenerasi para pemuda milenial, harus mau,"tandas dia.

Baca Juga:Tidur dengan Kakaknya, Bocah Gilang Tewas dalam Bencana Tanah Longsor di Banjarnegara

Sampai saat ini, Riza terus melakukan inovasi pengolahan singkong yang menjadi komoditi pangan kelas bawah menjadi lebih bergengsi. Ha itu adalah upaya yang dilakukan sebagai sumpah pemuda untuk membantu negara Indonesia dalam ketahanan pangan dan pemberdayaan petani Indonesia. "Di Rumah Mocaf kami ada tulisan 'Selama Rakyat Masih Menderita Tidak Ada Kata Istirahat,"pungkas Riza.  

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini