Kala itu, jarak antara permukiman hingga bibir pantai tinggal sekitar 500 meter. Selepas dia gencar melakukan penanaman, kini jarak permukiman dengan pesisir kembali terentang jauh sekitar 1,4 kilometer.
"Padahal sebelumnya 1,6 kilometer. Baguslah hampir seperti semula," katanya.
Tak heran atas kiprahnya tersebut, dia mendapat berbagai julukan. Mulai dari profesor mangrove dan kyai bakau. Meski demikian, dia enggan dipanggil dengan sebutan Kiai Mangrove.
"Ya saya tak tau ya asal sebutan itu, mungkin setiap menanam mangrove orang-orang tak ajak berdoa," paparnya.
Baca Juga:Inspiratif! Bertani Hidroponik, Pemuda Ini Hasilkan Omzet Jutaan Rupiah Setiap Bulan
Jika dia hitung, saat ini dia sudah menanam jutaan mangrove. Karena usianya sudah tak muda, dia mengajari anaknya untuk kelak bisa memperjuangkan mangrove yang telah dia tanam.
"Anak saya yang laki-laki sekarang baru saya ajarin," katanya.
Selain keluarga, rumah Sururi juga terbilang tak pernah sepi. Akademisi dari dalam maupun luar negeri juga ikut menimba ilmu dengan Sururi dalam hal penanaman mangrove.
"Saya juga pernah ditangan ke luar negeri," paparnya sambil menunjukan foto dan juga piagam hasil dia mengisi acara.
Kontributor : Dafi Yusuf
Baca Juga:Aksi 212 Dilarang, Ini Kisah Peserta Jauh-jauh dari Semarang Demi Bisa Berdoa di Jakarta
- 1
- 2