SuaraJawaTengah.id - Pandemi COVID-19 terjadi di Indonesia selama 2 tahun terakhir. Mutasi virus corona hingga kini belum berhenti.
Ahli mikrobiologi klinik dari Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto dr. Nia Krisniawati, Sp.MK. mengingatkan mutasi virus berlangsung terus-menerus karena merupakan siklus alamiah virus.
Nia Krisniawati di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, mengatakan hingga saat ini COVID-19 masih menjadi pandemi seiring dengan adanya mutasi virus yang menyebabkan munculnya varian-varian baru dari COVID-19 yang lebih cepat menular.
"Mutasi virus berlangsung terus-menerus dan merupakan siklus alamiah virus. Oleh karena pandemi COVID-19 belum berakhir sekalipun kasus global mulai menurun dan COVID-19 diprediksi akan terus ada. Untuk itu informasi yang benar dan faktual terkait COVID-19, termasuk varian Omicron, penting dalam pengendalian pandemi dan pencegahan penularan virus," kata anggota Tim Laboratorium COVID-19 dan Laboratorium Riset Terpadu Unsoed itu dikutip dari ANTARA Kami (3/3/2022).
Baca Juga:Kasus Aktif Covid-19 di Kota Surabaya Turun 1.348 Kasus
Terkait maraknya virus Corona terutama dengan munculnya varian Omicron, dia mengatakan kegiatan menjaga kebersihan harus lebih ditekankan dan upaya pencegahan penularan COVID-19 perlu ditingkatkan hingga level terkecil masyarakat melalui penerapan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) mikro di desa/kelurahan.
Selain itu, kata dia, pemerintah daerah juga perlu kembali menegakkan protokol kesehatan sesuai dengan level PPKM di daerah masing-masing demi menekan laju kasus positif COVID-19.
Lebih lanjut, Nia memaparkan lima dampak varian Omicron yang terdiri atas dampak terhadap insiden penyakit, dampak terhadap transmisi atau penularan, dampak pada keparahan penyakit, dampak pada infeksi berulang, dan dampak pada vaksinasi.
"Dalam kaitannya dengan dampak terhadap insiden penyakit, berdasarkan data Omicron terus menyebar secara global dan telah diidentifikasi di sebagian besar negara di enam wilayah WHO (World Health Organization/Organisasi Kesehatan Dunia)," katanya
Secara global selama satu pekan atau tanggal 14-20 Februari 2022, kata dia, jumlah kasus baru COVID-19 turun 21 persen dibandingkan dengan minggu sebelumnya dan jumlah kasus kematian juga menunjukkan tren menurun yang tercatat sebesar 8 persen.
Baca Juga:Virus Corona Bisa Picu Serangan Jantung Penyintas Covid-19, Cari Tahu Cara Mencegahnya
"Penting untuk dicatat bahwa tren ini mungkin disebabkan karena penurunan tes diagnostik COVID-19 secara keseluruhan yang dipengaruhi oleh perubahan kebijakan di tiap negara," kata dia yang juga anggota Perhimpunan Dokter Spesialis Mikrobiologi Klinik Indonesia (PAMKI).