"Alhamdulillah walaupun dengan kondisi seperti ini ya lancar tadi prosesi akadnya. Tadi akad jam setengah dua belas,", terangnya.
Pesta pernikahan dalam kondisi banjir sangat jarang terjadi. Pemandangan tak biasapun banyak dijumpai.
Para tamu yang datang terpaksa harus menerabas banjir. Jalan menuju kediamannya tak memungkinkan untuk dilewati kendaraan karena kedalam banjir mencapai 70 centimeter.
"Ini baru pertama kali ini (banjir). Terakhir banjir besar terjadi pada tahun 1985. Sampai sekarang baru kali ini terjadi lagi. Saya yang susah ya masak-masaknya. Akhirnya, meja dan kursi tamu yang ada di depan di pindah ke dapur disusun buat alas kompor," tuturnya.
Baca Juga:Potensi Banjir Masih Mengintai, Warga di 20 Kecamatan di Kabupaten Bandung Diminta Waspada
Ketinggian air di dalam tenda bekisar 40 centimeter. Jika di halaman rumahnya mencapai 76 centimeter. Hal ini lah yang menyulitkan aktivitas tamu yang akan datang ke pesta pernikahan anaknya.
Muhadi, sudah mempersiapkan pesta pernikahan anaknya sejak setahun lalu. Oleh sebabnya, prosesi tersebut harus tetap berjalan karena persiapan yang sudah seratus persen. Namun tiba-tiba banjir datang dan membuyarkan rencana yang sudah dilakukan.
"Persiapan ini sudah satu tahun. Dahulu rencana dilakukan saat Bulan Syawal, lah sekarang kan Bulan Sadran. Lah kan hampir satu tahun. Sudah lama ini tapi kan ga tahu ini namanya mungkin musibah lah ya," katanya.
Dirinya menduga, banjir kali ini adalah air kiriman dari wilayah Kabupaten Banyumas yang ada di sebelah utara desanya. Karena jika pada musim hujan pada sebelumnya, tidak pernah terjadi sampai separah ini.
"Ini saya kira air kiriman dari Desa Wijahan, dari wilayah utara. Sebenarnya kalau tidak terlalu mepet akan saya tunda bulan depan atau kapan lah," tutupnya.
Selain menggelar prosesi akad, Muhadi juga tetap menyediakan hiburan organ tunggal. Para tamu pun, nampak berjoged ria meski harus terendam banjir mencapai paha orang dewasa.