Harga Minyak Goreng Makin Tak Jelas, Penjual Makanan di Kota Semarang Pilih Gulung Tikar

Masyarakat di Kota Semarang mengeluhkan mahalnya harga minyak goreng kemasan atau premium hingga curah. Hal itu tentu saja mengganggu ekonomi masyarakat

Budi Arista Romadhoni
Jum'at, 18 Maret 2022 | 13:49 WIB
Harga Minyak Goreng Makin Tak Jelas, Penjual Makanan di Kota Semarang Pilih Gulung Tikar
Ilustrasi penjual gorengan. Masyarakat di Kota Semarang mengeluhkan mahalnya harga minyak goreng kemasan atau premium hingga curah. Hal itu tentu saja mengganggu ekonomi masyarakat. [Shutterstock]

SuaraJawaTengah.id - Sejumlah masyarakat di Kota Semarang mengeluhkan mahalnya harga minyak goreng kemasan atau premium hingga curah. Hal itu tentu saja mengganggu ekonomi masyarakat. 

Padagang makanan pun mengaku terpaksa harus menghentikan usahanya. Sebab, nilai bakal tidak mendapatkan keuntungan. 

Seperti, Reski (30) warga Kota Semarang, telah lebih dari dua minggu memilih untuk menghentikan usahanya menjual pangsit.

"Usaha pangsitku udah berhenti gara gara minyak goreng mahal," ungkap Reski kepada suarajawatengah.id, Jumat (18/03/22).

Baca Juga:Wakil Ketua Komisi VI Dukung Pemerintah Subsidi Minyak Goreng Curah HET Rp14.000 per Liter

Ia mengaku, kian merugi lantaran langkanya ketersediaan minyak dan tidak menentunya harga minyak di pasaran. 

"Kemarin harga minyak mahal, terus sempet susah dapet minyak, sekarang giliran ada malah mahal banget, mau dapet untung dari mana," beber Reski. 

Reski mengatakan, dalam sekali menggoreng pangsit dirinya membutuhkan setidaknya empat liter minyak goreng.

Minyak goreng yang ia gunakan merupakan minyak goreng premium. Menurutnya, jika menggunakan minyak goreng curah  juga berimbas pada hasil pangsit gorengnya. 

"Sempat coba pakai minyak curah tapi hasil gorengannya beda, mau beli premium udah gak mampu. Akhirnya mandek jual karena gak mungkin naikin harga,"terangnya. 

Baca Juga:Lebih Bela Pengusaha daripada Rakyat, DPR Kritik Telak Mendag Lutfi: Kebijakannya Cuma Macan Kertas!

Pilihan untuk menghentikan usaha menjual gorengan juga diungkapkan Suliarti (50), ia telah sebulan ini memilih untuk tidak berjulan lantaran mahalnya minyak goreng.

"Udah sebulan mandek jual gorengan, harganya bikin edan, bukannya untung malah rugi," beber Suliarti.

Suliarti menuturkan, dalam sekali menggoreng dirinya mampu menghabiskan lima liter minyak goreng.

"Biasanya saya itu setor gorengan ke beberapa warung nasi kucing, mau goreng lagi mikir-mikir," jelasnya. 

Ia berharap, harga minyak goreng kembali stabil agar bisa kembali menjalankan usaha yang menjadi penghidupannya.

"Ya semoga saja harganya murah lagi, susah kalau mahal seperti sekarang," pungkasnya. 

Kontributor : Aninda Putri Kartika

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini