SuaraJawaTengah.id - Setelah pemerintah melepas HET minyak goreng kemasan, sekarang giliran minyak goreng curah yang hilang dari pasaran. Harga minyak goreng curah dijual lebih murah dari minyak kemasan sederhana dan premium.
Hani Nusanto pemilik toko bahan pokok di kawasan Pasar Muntilan, Kabupaten Magelang mengatakan, sudah seminggu terakhir tidak mendapat pasokan minyak curah.
Agen minyak curah beralasan stok kosong karena belum ada kiriman di pelabuhan. “Dari sana mobil tanki-nya katanya juga belum berangkat ke pelabuhan. Katanya kosong di pelabuhan,” kata Hani saat ditemui di tokonya, Senin (21/3/2022).
Hani juga mengaku belum mendapat kiriman minyak goreng kemasan. “Belum ada sales yang kemari. Kemarin yang dari Bimoli setelah harga Rp14 ribu sama sekali belum ada.”
Baca Juga:Mendag Sebut Mafia Minyak Goreng Sudah Ditangkap, Polisi Bingung: Belum Ada Info
Menurut Hani dia terpaksa tidak bisa melayani pembeli yang menginginkan minyak goreng kemasan sederhana dan premium. Padahal sebelum pemerintah melepas harga eceran tertinggi (HET), Hani masih mendapat kiriman minyak goreng kemasan meski jumlahnya tak banyak.
“Konsumen yang tanya sudah banyak. Langganan kan ada yang maunya minyak goreng kemasan. Tapi barangnya nggak ada,” ujar Hani Nusanto.
Selain menjual minyak goreng curah, Hani juga menjual minyak kelapa produksi pabrik. Minyak kelapa kualitas nomer 2 dijual Rp38 ribu per kilogram, lebih mahal dari minyak sawit.
“Kalau yang nomer satu saya jual Rp39.500. Kualitasnya, kadar airnya hampir nggak ada. Kalau yang nomer dua ini kayak minyak curah. Kadar airnya masih ada.”
Pembeli minyak kelapa biasanya konsumen terbatas dan para penjual martabak. Rata-rata Hani Nusanto menjual 10 kilogram minyak kelapa setiap hari.
Baca Juga:Duh! Demi dapat Minyak Goreng Murah dengan Harga Rp15 Ribu Per Liter, Warga Semarang Rela Antre
“Rumah tangga ada juga yang pakai. Kalau minyak kelapa kan lebih sehat. Tapi pembeliannya juga nggak sering. Buatan pabrik jerigennya segel. Kalau minyak kelapa yang nomer dua kayak curah gitu, pakai drum.”
Kontributor : Angga Haksoro Ardi