SuaraJawaTengah.id - Sayup-sayup lirih lantunan ayat suci Alquran terdengar di dalam ruangan bercat ungu yang sesak dipenuhi alat-alat salon kecantikan.
Rumah sekaligus salon tersebut berada di gang sempit dan hanya bisa dilewati sepeda motor yakni di jalan Randusari RT 06 RW 01, Semarang Selatan.
Tampak seorang berkerudung dengan warna biru tua duduk bersila bersama bocah laki-laki memangku sebuah buku Iqro.
Ia adalah Silvi Mutiari, seorang transpuan yang tengah mengajari bocah laki-laki tersebut mengaji.
Baca Juga:Bacaan Latin Surah Alkahfi Ayat 1-10 Berikut Artinya
Sejak awal pandemi Covid-19 Ia menjadi guru mengaji di kampungnya. Tepatnya, tiga kali di bulan suci Ramadhan ini, setiap menjelang sore setelah adzan Ashar.
Sejumlah bocah laki-laki dan gadis kecil berbondong-bondong menyambangi rumah sekaligus salon tersebut. Mereka datang untuk belajar bersama Silvi.
"Jadi setiap sore anak-anak ini datang ke rumah untuk belajar ngaji sama aku," ucap Silvi kepada SuaraJawaTengah.id, Selasa (5/4/2022)
Silvi menceritakan, awal mula dirinya memilih untuk mengajari mengaji anak-anak yang berada di sekitar rumahnya.
Berawal dari dihentikannya seluruh kegiatan kampung termasuk kegiatan mengaji akibat merebaknya virus covid-19 pada 2020 lalu.
Baca Juga:Surah Al Kafirun dan Artinya Berikut Asbabun Nuzul
Membuat seorang ustazah yang biasa menjadi guru mengaji di kampung Randusari tak lagi membuka kelas mengajinya.
"Waktu itukan ada aturan Pemerintah gak boleh berkerumun, terus ustadzah itu berhenti ngajar ngaji," katanya.
Imbas adanya kekosongan guru mengaji, membuat sejumlah orang tua yang merupakan tetangga Silvi kebingungan mencari guru mengaji di kampung tersebut.
Lantas, Silvi memberanikan diri untuk menawarkan sebagai guru mengaji bagi anak-anak di sekitar rumahnya.Ia mengaku ketika remaja dirinya telah khatam Alquran sebanyak tiga kali.
"Dulu aku pernah khatam Alquran beberapa kali terus coba nawarin buat ngajarin ngaji dan orang tua anak-anak mau," tutur Silvi.
Silvi menuturkan, selama dua tahun menjadi guru mengaji, dirinya tak pernah mematok biaya bulanan kepada orang tua anak yang menimba ilmu mengaji dengan dirinya.
Selain anak-anak, lambat laun perempuan dewasa dan ibu-ibu juga tergelitik untuk ikut belajar mengaji kepada Silvi.
Tak hanya mengaji saban sore, setiap seminggu sekali yakni pada malam Jum'at rumah Silvi juga digunakan untuk pengajian para ibu-ibu di kampungnya.
"Aku gak pernah mungut biaya/minta honor ngaji, yang mau belajar sama aku ya ayok silahkan datang ke rumah," ucap dia.
Menurutnya, menjadi guru mengaji bagi anak-anak di sekitar rumahnya dan berbagi ilmu menjadi kebahagiaan tersendiri untuknya.
Selain itu, Ia ingin menunjukan bahwa transpuan seperti dirinya agar tak dipandang sebelah mata dan mampu diterima oleh masyarakat sekitar tanpa adanya diskriminasi.
"Seneng aja bisa berbagi ilmu sama orang terdekat ya, dan orang-orang juga bisa menerima kami," tuturnya.
Tetangga Silvi sekaligus orang tua murid mengaji, Bias (30) merasa terbantu dengan adanya Silvi menjadi guru mengaji, lantaran tak mudah mendapatkan guru mengaji yang cepat mengerti kondisi anak.
"Kadang anak kan susah susah gampang buat diajari ngaji, kebetulan anak saya cocok sama mbak silvi maunya juga diajari sama dia," ungkapnya.
Bias juga tak mempemasalahkan status gender yang melekat pada Silvi. Menurutnya selama bertetangga dengan Silvi, ia di kenal sebagai orang yang baik dan selalu membantu dalam setiap kegiatan sosial.
"Karena sudah tau juga, kalau diakan aktif di kegiatan sosial jadi ya gak masalah,"imbuhnya.
Kontributor : Aninda Putri Kartika