Ia menambahkan, kejadian kemarin juga berdampak pada produksi listrik yang sempat dimatikan. Selain itu, kualitas air yang masuk ke turbin juga berpengaruh pada produksi listrik.
"Produksi listrik terganggu karena air yang masuk tidak air murni. Air bercampur lumpur akan mempengaruhi turbin, jadi produksi kami tergantung kondisi air juga,"katanya.
Dalam satu pekan terakhir, banjir lumpur pekat terjadi dua kali yaitu pada Kamis 31 Maret dan Rabu 6 April 2022.
"Pada tanggal 31 Maret pintunya dibuka selama setengah jam karena airnya cepat jernih, hanya 15 menit pertama yang lumpur hitam. Nah yang dua (6/4/2022) lebih dari 1 jam, itu yang menyebabkan perjalanan lumpurnya jauh sampai Banyumas," katanya.
Meski saat ini debit lumpur pekat yang mengalir ke sungai serayu berangsur normal, namun pihaknya tidak dapat memastikan terjadinya guguran sedimentasi susulan.
Menurutnya, hal tersebut menjadi perhatian bersama baik dari Pemerintah Daerah maupun Provinsi.
"Untuk mengurangi laju sedimentasi butuh dana besar, untuk anggaran penanaman agar tidak mudah longsor dan juga mengembalikan biota sungai," sebutnya.
Ia juga mengungkapkan risiko banjir akan terjadi jika waduk tidak berfungsi pada semestinya.
"Sudah melakukan kerjasama dalam penanggulangan bencana. Kalau waduk ini tidak berfungsi semestinya maka ada wilayah yang akan banjir," tegas dia.
Baca Juga:Kolonel Priyanto Kukuh, Ngaku Tak Menyangka Handi Masih Hidup Saat Dibuang ke Sungai
Kontributor : Citra Ningsih