Lumpur Banjiri Sungai Serayu hingga Banyumas, PT Indonesia Power Mrica Banjarnegara Beri Penjelasan

Beredar video sungai Serayu yang dibanjiri lumpur pekat di sosial media.

Ronald Seger Prabowo
Jum'at, 08 April 2022 | 17:40 WIB
Lumpur Banjiri Sungai Serayu hingga Banyumas, PT Indonesia Power Mrica Banjarnegara Beri Penjelasan
GM PT Indonesia Power Mrica buka suara atas kejadian banjir lumpur di sepanjang aliran Sungai Serayu. [Suara.com/Citra Ningsih]

Menanggapi hal tersebut, menurut Kuncoro, PT Indonesia Power juga sebagai pihak yang terdampak.

Sebab, kejadian tersebut adalah akibat dampak lingkungan hulu yang mempercepat sedimentasi.

"Karena posisi kami ada di tengah, kami juga terdampak, cuma kami yang pegang pintu DAM," ujarnya.  

Ia menyebut, laju sedimentasi dari 10 tahun terakhir yang masuk ke waduk Mrica adalah 4,1 juta meter kubik per tahun. Sementara kapasitas pengurasan hanya bisa sampai 500 meter per kubik.

Baca Juga:Ngaku Tak Memikirkan Korban, Kolonel Priyanto Buang Dua Sejoli ke Sungai : Saya Punya Hubungan Emosional Dengan Sopir

"Kapasitas yang bisa dikuras 500 meter kubik, ditambah pengerukan sekitar 500 sampai 1 juta meter per kubik," terangnya.

Ia menambahkan, kejadian kemarin juga berdampak pada produksi listrik yang sempat dimatikan. Selain itu, kualitas air yang masuk ke turbin juga berpengaruh pada produksi listrik.

"Produksi listrik terganggu karena air yang masuk tidak air murni. Air bercampur lumpur akan mempengaruhi turbin, jadi produksi kami tergantung kondisi air juga,"katanya.

Dalam satu pekan terakhir, banjir lumpur pekat terjadi dua kali yaitu pada Kamis 31 Maret dan Rabu 6 April 2022.

"Pada tanggal 31 Maret pintunya dibuka selama setengah jam karena airnya cepat jernih, hanya 15 menit pertama yang lumpur hitam. Nah  yang dua (6/4/2022) lebih dari 1 jam, itu yang menyebabkan perjalanan lumpurnya jauh sampai Banyumas," katanya.

Baca Juga:Kolonel Priyanto Kukuh, Ngaku Tak Menyangka Handi Masih Hidup Saat Dibuang ke Sungai

Meski saat ini debit lumpur pekat yang mengalir ke sungai serayu berangsur normal, namun pihaknya tidak dapat memastikan terjadinya guguran sedimentasi susulan.

Menurutnya, hal tersebut menjadi perhatian bersama baik dari Pemerintah Daerah maupun Provinsi.

"Untuk mengurangi laju sedimentasi butuh dana besar, untuk anggaran penanaman agar tidak mudah longsor dan juga mengembalikan biota sungai," sebutnya.

Ia juga mengungkapkan risiko banjir akan terjadi jika waduk tidak berfungsi pada semestinya.

"Sudah melakukan kerjasama dalam penanggulangan bencana. Kalau waduk ini tidak berfungsi semestinya maka ada wilayah yang akan banjir," tegas dia.

Kontributor : Citra Ningsih

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini

Tampilkan lebih banyak