Api Merapen dan Tirta Umbul Jumprit Disatukan di Mendut, Jadilah Suci dan Penerang Jelang Perayaan Waisak

Air suci dari Umbul Jumprit dipertemukan dengan api abadi Mrapen di Candi Mendut, Magelang, Minggu (15/5/2022)

Budi Arista Romadhoni
Minggu, 15 Mei 2022 | 17:11 WIB
Api Merapen dan Tirta Umbul Jumprit Disatukan di Mendut, Jadilah Suci dan Penerang Jelang Perayaan Waisak
Biksu melakukan pradaksina atau meditasi sambil berjalan mengelilingi Candi Mendut, Minggu (15/4/2022). [Suara.com/ Angga Haksoro Ardi]

SuaraJawaTengah.id - Air suci dari Umbul Jumprit dipertemukan dengan api abadi Mrapen di Candi Mendut, Magelang, Minggu (15/5/2022). Penanda perayaan Waisak 2566 BE-2022 siap dilaksanakan esok hari.  

Rombongan pembawa air suci dari Umbul Jumprit, Temanggung tiba di Candi Mendut sekitar pukul 12.30 WIB. Sebanyak 6 ribu botol air dibawa dari Umbul Jumprit untuk melengkapi prosesi perayaan Tri Suci Waisak, Senin (16/5/2022).

Bersama api abadi Mrapen, air suci Umbul Jumprit disambut upacara puja bakti oleh aliran-aliran Buddha di Indonesia diantaranya Theravada, Buddhayana, Mahayana, Tridarma, Kasogatan, Maitreya, dan Nichiren.

Masing-masing aliran dipersilahkan untuk melakuka upacara puja bakti secara bergantian. Tampak para jemaat di belakang para biksu dan suhu khidmat mengikuti upacara.

Baca Juga:Seluruh Layanan SIM di Jabodetabek Tutup Selama Libur Waisak, Senin Besok

Ketua Umum Majelis Mahayana Buddhis Indonesia (Mahabudhi), YM Bhiksu Samanta Kusala Mahasthavira menjelaskan pentingnya unsur api dan air dalam prosesi perayaan Waisak.

Menurut YM Bhiksu Samanta Kusala Mahasthavira, air memiliki sifat bersih dan murni. Air merefleksikan batin yang senantiasa bersih dan suci.

“Dengan batin yang bersih dan suci seperti air, hidup akan menjadi lebih bahagia. Kebahagiaan bukan dicari di luar diri, tapi kita cari di dalam diri. Di dalam batin,” kata YM Bhiksu Samanta Kusala Mahasthavira, disela prosesi puja bakti di Candi Mendut, Minggu (15/5/2022).

Air juga melambangkan sifat mengalir ke tempat yang lebih rendah. “Jadi kita senantiasa rendah hati. Jangan tinggi hati. Jangan sombong. Kesombongan akan menghancurkan diri sendiri.”

Sedangkan api abadi Merapen mensimbolkan penerangan. Api atau obor merupakan pelita. “Ada pepatah Buddhis: Jadikan hidup kita seperti api yang menerangi kegelapan. Bukan untuk memusuhi kegelapan,” kata YM Bhiksu Samanta Kusala Mahasthavira.

Baca Juga:Prosesi Persemayaman Api Dharma Waisak di Candi Mendut

YM Bhiksu Samanta Kusala Mahasthavira menyebut kebahagiaan akan didapat jika manusia tidak memiliki sifat egois. “Berusaha agar hidup orang lain menjadi lebih bahagia.”

Besok api abadi Merapen dan air suci Umbul Jumprit akan dikirab dari Candi Mendut menuju Candi Borobudur. Api abadi dan air suci akan disandingkan di altar utama perayaan Waisak di Candi Borobudur.

Prosesi penerimaan air suci Umbul Jumprit di Candi Mendut hari ini disertai meditasi pradaksina. Ajaran Buddha mengenal 2 jenis meditasi: meditasi diam dan bergerak.

Meditasi diam biasanya dilakukan dengan cara duduk diam dan berkonsentrasi. Sedangkan meditasi bergerak bisa dilakukan sambil beraktivitas.    

Ritual kirab dari Candi Mendut ke Borobudur besok juga salah satu laku meditasi gerak atau pradaksina. “Salah satu bentuk meditasi dengan melakukan jalan kaki. Tetapi pikiran fokus kepada aktivitas jalan kaki tersebut. Jadi meditasi sambil berjalan.”

Pradaksina tidak selalu identik dengan berjalan mengelilingi candi. Meditasi pradaksina bisa dilakukan di tempat-tempat terbuka lainnya. “Yang penting antara aktivitas pikiran, hati, disaat kaki melangkah itulah yang menjadi tujuan kita,” ujar YM Bhiksu Samanta Kusala Mahasthavira.

Kontributor : Angga Haksoro Ardi

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini