"Coba bayangkan kalau kanan-kiri Jalan Jenggala itu rumah-rumahnya bisa direspon oleh teman-teman ini. Di Indonesia (mural street art) kan belum banyak. Tapi kalau di luar negeri seperti di Malaka, di Melbourn itu menjadi daya tarik kunjungan orang di situ," kata Nafi.
Melbourne memang menjadi jantung street art Australia. Tembok di gang sempit dari Hosier Lane hingga Blander Lane diperlakukan bak kanvas raksasa oleh para perupa jalanan.
Karya graffiti muncul dan tenggelam di spot ini setiap malam.
Nantinya karya yang dipajang di koridor mural Jalan Jenggala akan dikurasi oleh para sesama seniman. Diharapkan semua aliran street art bisa ditampung di lokasi ini. “Bisa memperhidup kehidupan lain. Memperindah. Ini harapan kami.”
Baca Juga:Perayaan Waisak di Candi Borobudur
Ada seni bersiasat agar bisa bertahan hidup di kampung kota. Jalan tikus bukan hanya menjadi jalur tercepat keluar dari labirin gang-gang sempit dan perumahan yang sesak.
Tapi juga menawarkan sudut pandang baru. Sekaligus alternatif ruang “selonjor” bagi penduduk kampung kota yang semalaman sumpek tidur berjejalan di kamar yang ciut.
Seni jalanan -juga aktivitas supporter sepakbola- sejauh ini pilihan yang paling mungkin dan mudah dijangkau oleh warga kampung kota. Sebagai jalan tikus mereka mengurai ketegangan dan meredam gesekan.
Kontributor : Angga Haksoro Ardi
Baca Juga:Pelajar di Kota Solo Kepergok Lakukan Aksi Vandalisme, 1 Orang Ditangkap, 2 Orang Melarikan Diri