Pelaku Modeling Ragu Terhadap Masa Depan Citayam Fashion Week: Butuh Konsistensi

Banyak orang meragukan para pelaku Citayam Fashion Week (CFW) bakal konsisten menjalankan event secara rutin dan terorganisir, termasuk oleh pelaku industri fashion

Budi Arista Romadhoni
Minggu, 07 Agustus 2022 | 11:48 WIB
Pelaku Modeling Ragu Terhadap Masa Depan Citayam Fashion Week: Butuh Konsistensi
Pelaku industri fashion, Martini Suarsa mengritik Citayam Fashion Week. Event yang masih perlu diuji sesuai standar industri busana internasional. [Suara.com/ Angga Haksoro Ardi]

SuaraJawaTengah.id - Citayam Fashion Week menjadi anomali dunia fashion Indonesia. Menghadapi tantangan iklim komunitas modeling yang keras.

Banyak orang meragukan para pelaku Citayam Fashion Week (CFW) bakal konsisten menjalankan event secara rutin dan terorganisir. Eksistensi di media sosial saja, tidak cukup mengangkat acara ini higga layak disebut sebagai pergelaran mode.

Berangkat dari kebosanan masyarakat yang menilai fashion show hanya milik warga menengah ke atas. Para remaja tanggung Citayam, Bojonggede, dan Depok menggelar “catwalk” di lintasan zebra cross jalan Dukuh Atas, Jakarta Pusat.  

Mereka mengklaim area publik jantung kota yang selama ini menganggap orang-orang pinggiran Jakarta antara ada dan tiada.

Baca Juga:Meski Terkenal, Roy Citayam Janji Tetap Jadi Orang Baik dan Tak Sombong

"Citayam Fashion Week itu keren. Berangkat dari keresahan masyarakat yang bosan bahwa fashion show itu milik middle to up (kelas menengah ke atas). Middle to down itu seperti nggak boleh berpikir tentang fashion. Akhirnya dilaksanakan di jalan. Booming," kata Martini Suarsa.

Martini Suarsa paham betul lika liku dunia model. Pemilik sertifikat HAKI Duta Batik Indonesia ini punya pengalaman panjang menyelenggarakan pergelaran fashion.

Cityam Fashion Week berhasil mengubah orang-orang seperti Bonge dan Jeje yang semula bukan siapa-siapa, menjadi selebritas -setidaknya- kelas media sosial dan Instagram.

"Kita sendiri karena bukan pelaku di dalamnya melihat, oke ada masyarakat yang tadinya no body akhirnya jadi seseorang."

Tapi kata Founder PT Martini Suarsa Kreatifindo ini, masalah bisnis fashion tidak cukup hanya menjadi terkenal. Baik designer maupun model perlu menunjukkan konsistensi yang luar biasa baru bisa diakui.

Baca Juga:Lucinta Luna Pamer Foto di Pesawat Mau Pulang ke Indonesia, Aksesoris di Kepala Bikin Salfok

"Indonesia butuh (pelaku fashion) konsistensi tinggi. Butuh orang-orang yang konsern. Bukan hanya lenggak-lenggok di fashion terus namannya dikenal. Lebih baik tidak dikenal tapi karyanya dirasakan."

Para pelaku Citayam Fashion Week harus belajar merasakan atmosfer persaingan modeling di luar negeri. Mencicipi tekanan memeragakan baju karya designer luar negeri dengan tuntutan standar yang tinggi.

"Saya ingin anak-anak Indonesia bukan hanya memiliki nama, tapi ketahanan mental untuk terjun ke industri fashion dengan penuh. Konsisten," kata Martini.

Penyelenggaraan event modeling yang baik, membutuhkan standar kerja yang jelas. Martini melihat pentas fashion di zebra cross jalan Dukuh Atas itu terjadi secara spontan dan tanpa perencanaan matang.  

Padahal menyiapkan fashion show paling sederhana sekalipun membutuhkan persiapan yang tidak sebentar. Bukan hanya tempat dan siapa yang akan tampil, konsep dan tujuan acara juga harus pasti.  

"Kami (designer) menciptakan fashion show pasti punya konsep. Tujuannya kepada siapa dan ending-nya untuk apa. Jadi ketika itu diadakan ‘liar’ mohon maaf sekali, kayaknya jauh dari privilege fashion show."

Konsep fashion show itu yang dipegang Martini saat membawa batik Jonegoroan ke Beijing Expo tahun 2018. Batik khas Bojonegoro tersebut diboyong ke China diperagakan oleh 3 model lokal.

Begitu juga saat ini dimana Martini Suarsa ditunjuk sebagai Representative and Brand Ambasador International Ipoh Fashion Week di Malaysia 2022. Konsep batik dan budaya tradisional Indonesia yang akan dia tonjolkan.

Martini akan membawa designer, model, dan usaha kreatif fashion untuk tampil pada pergelaran busana di Kota Tua Ipoh, Negara Bagian Perak Malaysia 20-23 Oktober 2022.      

Kritik Martini Suarsa untuk Citayam Fashion Week atau event lain yang sejenis, adalah tidak jelasnya target acara. "Siapa penontonnya? Siapa yang beli bajunya? Siapa yang akan mempromosikan acara ini? Kalau hanya dari kita, untuk kita, dan oleh kita, sepertinya sayang. Buang tenaga dan pikiran. Buang waktu."

Dia berharap acara serupa digarap sesuai standar yang berlaku pada industri fashion. "Ibarat kata, bukan hanya baju yang dipakai para pelaku fashion pada acara itu, tapi tahu kemana arahnya."

Pendapat senada disampaikan Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Magelang, Slamet Achmad Husein. Dia menyambut acara serupa Citayam Fashion Week digelar di Magelang dengan syarat.

"Kalau peruntukan di jalan, saya tidak setuju. Nanti akan mengganggu. Tapi pada titik-titik tertentu di daya tarik wisata yang bisa dimanfaatkan, terilham dari Citayam itu kami siap," kata Husein.

Dia menilai, talenta industri busana di Magelang mampu menangkap dan memodifikasi event semacam Citayam Fashion Week. Bahkan bisa dikemas lebih apik di sejumlah lokasi daya tarik wisata.   

Kontributor : Angga Haksoro Ardi

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini