Kerugian Akibat PMK Tidak Hanya Dirasakan Peternak, Tapi Secara Nasional

Pemerintah melalui BNPB selaku Ketua Satgas Penanganan PMK berkomitmen penuh dalam pengendalian wabah PMK.

Siswanto
Rabu, 07 September 2022 | 13:11 WIB
Kerugian Akibat PMK Tidak Hanya Dirasakan Peternak, Tapi Secara Nasional
Hewan sapi yang terkena PMK di Kelompok Ternak Panjangrejo, Kapanewon Pundong, Kabupaten Bantul, Rabu (13/7/2022). - (SuaraJogja.id/Wahyu Turi)

SuaraJawaTengah.id - Badan Nasional Penanggulangan Bencana melalui Kedeputian Bidang Pencegahan mengadakan kegiatan Bimbingan Teknis Fasilitator Pencegahan Penyakit Mulut dan Kuku di Kota Semarang, Provinsi Jawa Tengah, pada Senin (5/9/2022) hingga Rabu (7/9/2022).

Adapun tujuan diadakannya kegiatan ini ialah untuk meningkatkan kapasitas masyarakat relawan, peternak, pedagang hewan dan stakeholder terkait dalam pencegahan PMK, selain itu kegiatan ini juga ditujukan untuk terselenggaranya surveilans melalui pengerahan dan pengelolaan relawan dalam pencegahan PMK.

Deputi Bidang Pecegahan Prasinta Dewi saat membuka acara mengatakan PMK kini tengah mewabah di Indonesia. Hal ini dijadikan concern bersama karena penyakit mulut dan kuku mengakibatkan kerugian ekonomi di berbagai aspek.

“Potensi kerugian ekonomi yang ditimbulkan oleh PMK ini tidak hanya pada peternak yang mengalami penurunan produktivitas hingga kehilangan hasil, akan tetapi kerugian secara nasional,” kata Prasinta dalam pernyataan tertulis.

Baca Juga:Kasus Puluhan Ternak Mati Mendadak di Kampar Diminta Segera Diselidiki

Pemerintah melalui BNPB selaku Ketua Satgas Penanganan PMK berkomitmen penuh dalam pengendalian wabah PMK.

Hewan ternak di Kabupaten Paser diduga tertular PMK. [ANTARA]
Hewan ternak di Kabupaten Paser diduga tertular PMK. [ANTARA]

“Pemerintah berkomitmen dalam penanganan PMK, dengan melakukan berbagai upaya untuk pencegahan penyebaran PMK. Salah satu upaya yang dilakukan adalah kegiatan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat dengan mengadakan bimtek ini. Kegiatan ini dilakukan secara masif dengan melibatkan komponen pentaheliks,” kata dia.

Dia yang juga menjabat sebagai Ketua Bidang Pencegahan PMK mengungkapkan BNPB menggunakan InaRisk untuk melakukan pemantauan dan pelaporan berbasis digital. Melalui InaRisk personal dapat diketahui sebaran sosialisasi dan edukasi yang sudah dilakukan serta dapat mendeteksi secara dini terhadap kejadian PMK di masyarakat

“Untuk mendukung pelaksanaan tugas fasilitator di lapangan, bidang pencegahan mengembangkan sistem pemantauan dan pelaporan berbasis teknologi yang terintegrasi dalam aplikasi InaRisk personal. Aplikasi ini juga berfungsi untuk monitoring pelaksanaan sosialisasi dan edukasi serta pelaporan terhadap kejadian PMK yang ditemukan masyarakat,” kata Prasinta.

Sebagai tambahan informasi bimtek ini diikuti 100 orang perwakilan Dinas Peternakan dan Kesehatan di 25 kabupaten/kota di Jawa Tengah, Koramil Jawa Tengah, Babinsa Provinsi Jawa Tengah dan relawan/komunitas peternak. Para Fasilitator akan melakukan edukasi dan sosialisasi kepada 10 KK setiap hari selama durasi waktu 30 hari. Fasilitator dibekali juga dengan leaflet dan poster yang akan dibagikan kepada masyarakat.

Baca Juga:BNPB: Cuaca Ekstrem dan Banjir Dominasi Bencana Sepekan Kemarin

Selain Jawa Tengah, kegiatan ini dilaksanakan di beberapa wilayah secara paralel, tahap pertama atau regional I meliputi Aceh, Lampung, Yogyakarta dan Bali. Kemudian akan menyusul wilayah lainnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini