Duh! Epidemiolog Sebut Subvarian Omicron BA2.75.2 Berpotensi Bisa Perpanjang Pandemi

Epidemiolog menyebut subvarian Omicron BA2.75.2 berpotensi memperpanjang durasi gelombang 4 pandemi COVID-19

Budi Arista Romadhoni
Kamis, 15 September 2022 | 09:10 WIB
Duh! Epidemiolog Sebut Subvarian Omicron BA2.75.2 Berpotensi Bisa Perpanjang Pandemi
Ilustrasi omicron. Epidemiolog menyebut subvarian Omicron BA2.75.2 berpotensi memperpanjang durasi gelombang 4 pandemi COVID-19. (Freepik)

SuaraJawaTengah.id - Epidemiolog dari Universitas Griffith, Australia Dicky Budiman mengatakan subvarian Omicron BA2.75.2 berpotensi memperpanjang durasi gelombang 4 pandemi COVID-19 karena kemampuan menghindar dari imunitas vaksin.

"Saat ini yang menjadi perhatian dunia seperti Subvarian Omicron BA2.75.2 dengan pertumbuhan, kasusnya di India itu lebih cepat, juga terkesan menurunkan efikasi dari imunitas saat divaksin," kata Dicky Budiman dikutip dari ANTARA, Kamis (15/9/2022).

Ia mengatakan subvarian terbaru itu muncul di tengah dominasi kasus BA.4 dan BA.5 yang sudah menginfeksi masyarakat, termasuk yang sudah divaksinasi, bahkan booster atau dosis penguat.

"Di India dan negara maju sama seperti di Indonesia, itu artinya orang yang mengalami keluhan meningkat. Kapasitas testing mereka tidak semasif seperti China, tapi yang memiliki keluhan itu juga relatif lebih banyak sehingga harus diwaspadai," katanya.

Baca Juga:Momen Pengangkatan Raja Charles III Sebagai Pemimpin Baru Inggris

Ia mengatakan masyarakat juga perlu mewaspadai Subvarian BA2.75, yang kini berkembang menjadi BA2.75.2 sebab kombinasi keduanya bisa berpotensi memperpanjang durasi dari gelombang 4 di Indonesia.

Kewaspadaan perlu dilakukan seluruh pihak pada kejadian orang tanpa gejala (OTG) atau asimptomatis yang saat ini terdeteksi mencapai 80 persen dari total pasien yang terinfeksi di Indonesia.

"Masalahnya saat ini, setidaknya 60 persen dari kasus transmisi atau penularan itu terjadi dari kasus yang tidak bergejala. Ini yang harus diwaspadai," katanya.

Ia menambahkan proteksi terbaik dengan vaksinasi booster karena orang yang sudah terinfeksi bahkan kurang lebih sebulan terakhir, masih bisa terinfeksi lagi.

"Jadi tidak ada kekebalan pascainfeksi yang menetap dan kuat. Ini yang harus dipahami," demikian Dicky Budiman.

Baca Juga:Demonstrasi di Tengah Pandemi? 3 Hal Ini Penting Harus Dilakukan

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak