Geruduk Kantor DPRD Magelang, Sopir Traktor Ngeluh Hanya Dapat Jatah Solar Setengah Liter Sehari: Nggak Cukup!

Paguyuban sopir traktor Kabupaten Magelang menolak aturan pembatasan membeli solar.

Ronald Seger Prabowo
Kamis, 15 September 2022 | 16:00 WIB
Geruduk Kantor DPRD Magelang, Sopir Traktor Ngeluh Hanya Dapat Jatah Solar Setengah Liter Sehari: Nggak Cukup!
Demonstrasi sopir traktor ke Kantor DPRD Magelang, Kamis (15/9/2022). [Suara.com/ Angga Haksoro Ardi]

SuaraJawaTengah.id - Paguyuban sopir traktor Kabupaten Magelang menolak aturan pembatasan pembelian solar. Mereka hanya dapat jatah membeli solar setengah liter sehari.  

Keluhan itu disampaikan Sekretaris Traktor Mania Magelang, Khoirul Muna saat berunjuk rasa ke Kantor DPRD Kabupaten Magelang, Kamis (15/9/2022).

Menurut Khoirul Muna, Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Magelang mengeluarkan surat edaran yang mengatur alokasi solar untuk alat sarana pertanian.

Dalam surat rekomendasi yang ditujukan kepada pemilik alat sarana pertanian, traktor roda dua hanya mendapat jatah membeli solar 16 liter per bulan.

Baca Juga:Kasus Penyalahgunaan BBM Bersubsidi Terbongkar, Modus Pelaku Modifikasi Bak Truk

“Kami kesulitan mendapatkan BBM. Kami heran adanya pembatasan,” kata Khoirul.

Padahal setiap hari minimal sopir traktor membutuhkan 5 liter solar. “Hanya diberi setengah liter. Kita bekerja pakai apa? Setengah liter itu nggak cukup untuk bekerja apa-apa,” jelasnya.

Rata-rata setiap hari sopir traktor harus nombok membeli solar Rp20 ribu per hari.

Saat harga solar masih Rp5.100 per liter, ongkos membajak sawah seluas 1.000 meter persegi sebesar Rp120 ribu. Hingga saat ini para sopir traktor belum menaikkan ongkos membajak sawah.

“Kami kasihan terhadap para petani karena harga jual padi murah. Padi 1.000 meter kalau dijual (hanya) Rp1 juta. Kalau dibagi sama ongkos menanam, pupuk, dan bajak sawah sudah habis,” paparnya.

Baca Juga:Nelayan di Simeulue Aceh Dapat Kuota 15 Ton Solar per Hari

Khoirul Muna berharap pemerintah merevisi aturan membatasi pembelian solar untuk alat sarana pertanian. Solar 16 liter sesuai kuota, hanya cukup untuk operasional 3 hari.

“Jangan kami dipersulit mendapatkan solar. Itu sumber mata pencaharian kami sehari-hari. Solar 16 liter itu cuma cukup dipakai 3 hari, padahal itu untuk satu bulan. Kami sangat kesulitan,” kata Khoirul.  

Senada dengan pendapat para sopir traktor, Wakil Ketua DPRD Magelang, Suharno mengatakan, alokasi solar 16 liter per bulan tidak masuk akal. Minimal untuk membajak sawah seluas 1.000 meter membutuhkan solar 3 liter.    

“Logikanya tidak nyahut. Masak sehari cuma setengah liter. Padahal untuk 1 kesuk (1.000 meter) kalau nggak salah butuh 3 liter,” ujar Khoirul.

DPRD Magelang akan menanyakan kepada Dinas Pertanian terkait kebijakan tersebut. Dewan meminta pemerintah daerah menerjemahkan regulasi pemerintah pusat secara bijaksana dan tidak memberatkan masyarakat.

Paling tidak kalau ada regulasi dari sana (pusat), penerjemahan disesuaikan dengan kondisi mereka (petani). “Masak untuk satu bulan 16 liter itu sangat tidak masuk akal,” jelasnya.

Hari ini ratusan sopir truk angkutan pasir, sopir traktor, dan petani ikan berunjuk rasa ke Kantor DPRD Magelang. Mereka menolak kenaikan BBM yang dinilai memberatkan masyarakat.

Peserta unjuk rasa membawa kendaraan kerja masing-masing, termasuk para sopir traktor yang membawa kendaraan pembajak sawah itu masuk ke halaman Kantor DPRD Magelang.

Kontributor : Angga Haksoro Ardi

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini