“Jangan kami dipersulit mendapatkan solar. Itu sumber mata pencaharian kami sehari-hari. Solar 16 liter itu cuma cukup dipakai 3 hari, padahal itu untuk satu bulan. Kami sangat kesulitan,” kata Khoirul.
Senada dengan pendapat para sopir traktor, Wakil Ketua DPRD Magelang, Suharno mengatakan, alokasi solar 16 liter per bulan tidak masuk akal. Minimal untuk membajak sawah seluas 1.000 meter membutuhkan solar 3 liter.
“Logikanya tidak nyahut. Masak sehari cuma setengah liter. Padahal untuk 1 kesuk (1.000 meter) kalau nggak salah butuh 3 liter,” ujar Khoirul.
DPRD Magelang akan menanyakan kepada Dinas Pertanian terkait kebijakan tersebut. Dewan meminta pemerintah daerah menerjemahkan regulasi pemerintah pusat secara bijaksana dan tidak memberatkan masyarakat.
Baca Juga:Kasus Penyalahgunaan BBM Bersubsidi Terbongkar, Modus Pelaku Modifikasi Bak Truk
Paling tidak kalau ada regulasi dari sana (pusat), penerjemahan disesuaikan dengan kondisi mereka (petani). “Masak untuk satu bulan 16 liter itu sangat tidak masuk akal,” jelasnya.
Hari ini ratusan sopir truk angkutan pasir, sopir traktor, dan petani ikan berunjuk rasa ke Kantor DPRD Magelang. Mereka menolak kenaikan BBM yang dinilai memberatkan masyarakat.
Peserta unjuk rasa membawa kendaraan kerja masing-masing, termasuk para sopir traktor yang membawa kendaraan pembajak sawah itu masuk ke halaman Kantor DPRD Magelang.
Kontributor : Angga Haksoro Ardi
Baca Juga:Nelayan di Simeulue Aceh Dapat Kuota 15 Ton Solar per Hari