Duh! Transportasi Sumbang Inflasi Terbesar di Purwokerto-Cilacap

Peningkatan harga pada kelompok transportasi memberikan sumbangan terbesar terhadap inflasi pada September 2022 di Purwokerto dan Cilacap

Budi Arista Romadhoni
Selasa, 04 Oktober 2022 | 18:00 WIB
Duh! Transportasi Sumbang Inflasi Terbesar di Purwokerto-Cilacap
Ilustrasi - Kelompok transportasi salah satunya bus antarkota antarprovinsi menjadi penyumbang terbesar inflasi bulan September 2022 di Purwokerto. [ANTARA/Sumarwoto]

Menurut dia, komoditas yang menjadi penyumbang inflasi tertinggi di Cilacap adalah bensin, beras, angkutan antarkota, nasi dengan lauk, dan solar.

Kendati demikian pada periode September 2022 terdapat beberapa komoditas yang mencatatkan koreksi harga di antaranya daging ayam ras, minyak goreng, terong, bawang merah, dan semangka.

"Secara tahun kalender, inflasi di Cilacap tercatat sebesar 5,95 persen (ytd), sedangkan capaian inflasi secara tahunan dilaporkan sebesar 7,45 persen (yoy) pada posisi September 2022. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan rata-rata historis inflasi September tahun 2019 sampai dengan 2021 yang sebesar 1,58 persen (yoy)," jelasnya.

Terkait dengan hal itu, Rony mengatakan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kabupaten Banyumas dan Cilacap telah melakukan beberapa upaya pengendalian inflasi secara sinergis di antaranya melalui pelaksanaan rapat TPID dalam rangka penguatan sinergi program pengendalian inflasi serta penanggulangan dampak inflasi.

Baca Juga:Inflasi Indonesia Mulai Mengganas Setelah Kenaikan Harga BBM Bersubsidi, Tapi Menko Airlangga Belum Was-was

Selain itu, pelaksanaan operasi pasar untuk beberapa komoditas seperti beras dan minyak goreng, pencanangan program urban farming melalui gerakan tanam cabai di pekarangan, pemberian bantuan alat dan mesin pertanian (alsintan) untuk mendukung peningkatan produktivitas, serta penjajakan dan implementasi kerja sama antardaerah (KAD) produk pangan.

"Inflasi Purwokerto dan Cilacap pada 2022 diperkirakan sedikit lebih tinggi dari batas atas sasaran, dan akan kembali ke dalam sasaran inflasi 3 plus minus 1 persen (yoy) pada 2023," katanya.

Menurut dia, risiko yang dapat memengaruhi pencapaian inflasi pada tahun berjalan di antaranya meningkatnya permintaan domestik sejalan dengan arah pemulihan ekonomi nasional, masih tingginya harga energi dan pangan global (imported inflation), serta risiko bergejolaknya harga pangan.

"Dalam hal ini koordinasi antara Bank Indonesia, pemerintah daerah, dan pihak terkait lainnya akan terus diperkuat sebagai upaya untuk menjamin ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, dan keterjangkauan harga khususnya untuk bahan kebutuhan pokok," kata Rony. 

Baca Juga:BPS Sebut 88 Daerah di Indonesia Terdampak Inflasi karena Kenaikan Harga BBM

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini