"Sekarang rusak semua, jendela dan atap keropos. Wahana permainan anak seperti ayunan, perosotan, mangkok putar, besi panjat tergerus semua oleh ganasnya air asin dari laut," resahnya.
Slamet melanjutkan sebenarnya PAUD di wilayahnya sudah terdaftar di Dinas Pendidikan Kota Semarang. Hanya saja belum mendapat izin operasional dari Kemenhumham.
Karena alasan itulah, gedung PAUD tersebut tidak bisa mengakses bantuan dari pemerintah. Dirinya juga sudah sedari tahun 2019 mengusulkan bantuan ke kelurahan melalui musrembang untuk meninggikan lantai. Tetapi hasilnya masih nihil.
Adapun seluruh biaya operasi sekolah PAUD itu dilakukan secara swadaya. Setiap pertemuan, orang tua siswa diwajibkan membayar iuran sebesar Rp2 ribu. Uang tersebut nantinya dikumpulkan dan dikelola oleh komite sekolah.
Baca Juga:BREAKING NEWS! Kereta Api Tabrak Truk Trailer di Kota Semarang, Kebakaran Hebat Terjadi
"Komitenya ya orang tua siswa sendiri. Jadi kita disini benar-benar mandiri," terangnya.
Bertepatan dengan momentum "Hari Anak Nasional 2023" yang perayaannya dilaksanakan di Kota Semarang hari ini, Minggu (23/7). Slamet secara terbuka dan berharap pemerintah mau urun tangan membantu memperbaiki gedung dan segala fasilitas di sekolah PAUD "Rumah Pintar Patra Sutera".
Dia ingin anak-anak kembali belajar dan bermain di tempat sewajarnya. Slamet juga kadang suka sedih melihat gedung yang sudah belasan tahun menjadi ruang pembelajaran anak-anak usia dini kini terbengkalai.
"Ibarat sebuah kayu, anak-anak itu masih mudah diukir. Saya akan terus memperjuangkan segala aktivitas pendidikan disini," pungkasnya.
Kontributor: Ikhsan
Baca Juga:Kasus Jual Beli Bayi di Semarang Terungkap, Dua Perempuan Diamankan