Status Banjarnegara Naik Level Jadi Tanggap Darurat Kekeringan, Warga Rela Beli Air

Kabupaten Banjarengara kini naik level menjadi tanggap darurat kekeringan. Bencana tersebut terjadi seiring dengan terjadi karena fenomena El Nino

Budi Arista Romadhoni
Sabtu, 09 September 2023 | 17:47 WIB
Status Banjarnegara Naik Level Jadi Tanggap Darurat Kekeringan, Warga Rela Beli Air
Warga Desa Kaliajir siapkan jeriken dan mengantre bantuan air bersih karena dampak dari kekeringan di wilayah tersebut. (Suara.com/Citra Ningsih)

SuaraJawaTengah.id - Kabupaten Banjarengara kini naik level menjadi tanggap darurat kekeringan. Bencana tersebut terjadi seiring dengan terjadi karena fenomena El Nino. 

Sebelumnya, Kabupaten Banjarnegara telah ditetapkan siaga darurat kekeringan. Namun, kelangkaan air kini makin meluas sehingga pemerintah menaikkan status menjadi tanggap darurat kekeringan.

PJ Bupati Banjarnegara Tri Hardo Widirahmanto mengatakan, terdapat 20 lokasi yang saat ini mengalami kekeringan.

"Terkait dengan peningkatan status dari siaga darurat menjadi tanggap darurat kekeringan, terdapat 20 lokasi yang terdiri dari 15 desa dan 5 kelurahan," jelasnya, Sabtu (9/9/2023).

Baca Juga:Efek Kemarau, Dataran Tinggi Dieng Alami Krisis Air

Dengan menaikkan status saat ini, pihaknya berharap semua wilayah yang membutuhkan air dapat dilayani.

'Ya dilakukan droping air bersih, harapannya dengan peningkatan status ini semua kekeringan yang ada di Banjarnegara dapat teratasi," ujarnya.

Kini tercatat sebanyak 7.628 kk, 26.718 jiwa mengalami kekeringan dan kesulitan mendapatkan air bersih.

Kekeringan sangat dirasakan salah satunya di Desa Kaliajir, Ngadiah yang sudah tiga bulan kesulitan air untuk keperluan sehari hari.

Ngadiah dan tetangganya bahkan harus mengeluarkan uang untuk membeli air.

Baca Juga:Waspada! 5 Kabupaten di Jatim Ini Sudah Keluarkan Status Tanggap Darurat

"Kalau sekali angkut itu, satu mobil engkel biayanya Rp 150 ribu," kata dia.

Dalam seminggu, dirinya membeli air tiga kali untuk mencukupi kebutuhan.

"Kalau pas lagi ada anak pulang itu seminggu bisa beli air sampe tiga kali," ucapnya.

Tak jarang, ia rela menuruni bukit untuk mengambil air di sungai jika uangnya tidak mencukupi.

"Ya kalau sudah tidak ada uangnya mau tak mau harus ambil air di sungai. Turun kesana gendong air," paparnya.

Sekali turun ke sungai, is mampu membawa air sebanyak 20 liter, bahkan lebih.

"Sehari kadang dua atau tiga kali, tergantung kebutuhan," ucapnya.

Tak heran jika bantuan air sangat dinanti oleh warga desa. Sayangnya, droping air tidak bisa diandalkan setiap hari lantaran BPBD keterbatasan armada sehingga harus bergantuan dengan wilayah lain.

Permasalahan air di Kabupaten Banjarnegara tidak hanya dialami oleh warga desa. Di wilayah kota dan instansi juga mengalami kelangkaan air lantaran PDAM hingga kini masih dalam perbaikan.

Kontributor : Citra Ningsih

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini