SuaraJawaTengah.id - Kehadiran suporter di dalam stadion nggak bisa dipandang remeh. Mereka sering kali disebut pemain ke-12 dan turut berpengaruh terhadap hasil pertandingan di atas lapangan.
Dengan jumlah yang nggak sedikit, bahkan bisa mencapai ribuan. Selama 90 menit, suporter bola tidak pernah lelah bernyanyi, melantunkan chant dan sesekali memberi teror untuk tim lawan.
Dinamika kehidupan yang berliku juga turut dirasakan kelompok suporter. Mulai dari sejarah pembentukkan, suka duka ketika mendukung tim kesayangan dan masih banyak hal lainnya.
Salah satu suporter yang telah banyak makan asam kehidupan adalah Semarang Extreme atau biasa dikenal dengan sebutan Snex. Kelompok arus bawah ini sangat militan dalam memberikan dukungan kepada klub kesayangan PSIS Semarang.
Baca Juga:Gagal Masuk ke Timnas Indonesia, Bek PSIS Semarang Dipinjamkan ke Klub Liga 2
Selain Panser Biru yang memiliki cerita berdiri karena berawal dari keprihatinan tragedi Manahan Solo. Snex juga mempunyai cerita yang hampir sama saat muncul pada 20 Maret 2005 silam.
Edy Purwanto salah satu pendiri sekaligus Dedengkot Snex mengatakan awal mula kelahiran Snex dari ketidakpuasaan anggota Panser Biru saat mengadakan Musyawarah Besar untuk menentukan pemimpin baru.
Saat itu Edy Purwanto didorong sekurangnya 20 korwil untuk maju dalam pemilihan Ketua Umum. Tetapi ada beberapa pihak yang justru berusaha mencegah agar Edy Purwanto tidak jadi pemimpin Panser Biru.
Karena tidak mau ada keributan, Edy Purwanto memilih legowo dan ia tidak berkenan dicalonkan jadi Ketua Umum.
"Namanya juga dinamika organisasi kadang seperti itu. Yang saya dengar, kalau dipegang Edy nanti Panser Biru dikuasai kelompok rewo-rewo atau garis keras," kata Edy Purwanto saat ditemui di Kawasan Industri Candi, Kecamatan Ngaliyan, Rabu (13/9).
Baca Juga:Pelatih PSIS Semarang Nego ke PSSI Soal Pemainnya yang Berangkat ke Asian Games: Kembali Dulu ke Tim
"Karena sewaktu di Panser Biru, saya yang mengendalikan pasukan arus bawah. Mereka ini suka away ke luar kota tapi diluar koordinasi. Berangkatnya agak semi liar," tambahnya.
Mendirikan Organisasi Baru
Sebelum mendirikan Snex, Edy Purwanto awalnya merupakan anggota Panser Biru. Dia bahkan pernah menjadi pengurus di bidang dana dan usaha.
Ide untuk mendirikan organisasi baru kemudian muncul saat pasukan arus bawah away ke Malang. Edy disarankan untuk membentuk wadah baru selain Panser Biru.
Akhirnya mereka mengadakan pertemuan di sebuah kelurahan daerah Semarang Timur untuk membahas pendirian wadah baru untuk suporter Laskar Mahesa Jenar.
"Setelah diadakan voting, forum memilih mendirikan organisasi baru. Waktu itu ada beberapa nama Semarang Nekat dan macam-macam lah," beber Edy.
"Tapi saya tidak setuju dengan nama Semarang Nekat. Itu udah identik dengan suporter bonek. Terus takut image di masyarakat jelek. Lalu dipelesetkan jadi Snex atau Suporter Semarang Extreme," lanjutnya.
Setelah melalui musyarawah, Snex resmi mendekralasikan diri tanggal 20 Maret 2005 di tempat bersejarah sekaligus ikon Kota Lunpia yakni di Tugu Muda.
Sejak lahir 18 tahun yang lalu, kehadiran Snex tidak serta merta langsung berjalan mulus. Keberadaan Snex sempat tidak diakui oleh manajemen PSIS Semarang.
Sebab Snex dianggap sebagai kelompok garis keras yang liar dan sulit diatur. Bahkan diakui Edy, saat membeli tiket untuk mendukung PSIS Semarang. Pihak manajemen seperti enggan mengeluarkan tiket untuk Snex dalam jumlah yang banyak.
"Kami pernah ingin beli tiket 1000 tapi kayak dipersulit. Cuman dikasih satu bendel. Setelah beberapa pertandingan, akhirnya kami dikasih 1000 tiket," imbuhnya.
Kesetiaan Snex dan terus menunjukkan kekuatan besar dalam mendukung PSIS Semarang membuat pihak manajemen luluh. Snex pun diakui dan mendapat fasilitas yang sama dengan Panser Biru.
Itu terjadi ketika PSIS Semarang berhasil masuk babak 8 besar di Senayan. Wali Kota Semarang itu butuh dukungan besar dari kelompok suporter.
"Setelah kami (Snex) diakui, kami diberangkatkan ke Senayan sama dengan Panser menggunakan bus. Masing-masing enam gerbong," papar Edy.
Identik Warna Hitam
Jika Panser Biru identik menggunakan segala atribut berwarna biru. Snex memilih warna hitam sebagai simbol kebesaran kelompok arus bawah.
Dikatakan Edy, Snex bisa dibilang pionir dan pencetus atribut berwarna hitam di kalangan suporter Indonesia.
"Benteng Viola (Persita Tangerang), The Maident (PSIM Yogyakarta), Brigata Curva Sud (PSS Sleman) yang identik dengan warna hitam itu terinspirasi dari Snex," kata Edy.
Awal-awal berdiri, Snex hanya beranggotakan sekitar 300 orang. Namun, sering berjalannya waktu, anggota Snex semakin bertambah dan kini mencapai belasan ribu anggota yang terdaftar di KTA.
"Kami tetap berkoordinasi dengan Panser Biru dan ikut mengkoordinasikan suporter tamu yang datang. Kami juga turut menjalin komunikasi dengan suporter luar seperti The Jack Mania dan Bonex," tandas Edy.
Kontributor: Ikhsan