Konservasi Terintegrasi DAS Pusur Klaten untuk Kelestarian Sumber Daya Air, hingga Ciptakan Energi Baru untuk Rakyat

Danone AQUA untuk konservasi sumber daya air di Sub Daerah Aliran Sungai (DAS) Pusur untuk merawan kelestarian sumber daya air

Budi Arista Romadhoni
Rabu, 29 November 2023 | 08:52 WIB
Konservasi Terintegrasi DAS Pusur Klaten untuk Kelestarian Sumber Daya Air, hingga Ciptakan Energi Baru untuk Rakyat
Pengelolaan irigasi oleh masyarakat dan stakeholder dalam rangka pelestarian lingkungan dan konservasi sumber daya air di kawasan tengah DAS Pusur di Desa Bulurejo Kecamatan Juwiring Klaten. [Istimewa]

SuaraJawaTengah.id - Industri memiliki tanggung jawab yang besar dalam upaya mengendalikan perubahan iklim dengan terus memberikan kontribusi dalam pencapaian target bebas emisi dan menjaga alam tetap lestari.

Hal itu dilakukan oleh Danone – AQUA untuk konservasi sumber daya air di Sub Daerah Aliran Sungai (DAS) Pusur, Kabupaten Klaten. Berkolaborasi dengan Pusur Institute menjaga kelestarian dan keberlanjutan serta menunjang kebutuhan air di wilayah sepanjang sungai Pusur.

Diketahui, Pusur Institute merupakan forum multisektor yang beranggotakan lembaga pemerintah, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) setempat, perguruan tinggi, pengusaha swasta dan BUMD, kelompok petani, relawan serta tokoh masyarakat.

Upaya konservasi itu sekaligus sebagai mitigasi bencana alam seperti banjir, longsor, serta kekeringan.

Baca Juga:Tingkah Kocak Ganjar Pranowo Jadi Guru Dadakan di Klaten, Tantang Siswi Lakukan Ini hingga Bikin Deg-degan

Sungai Pusur merupakan anak sungai Bengawan Solo yang berhulu di wilayah Desa Sruni Musuk dan bermuara di Desa Boto Kecamatan Wonosari sampai dengan Desa Serenan Kecamatan Juwiring, Klaten, dengan panjang hulu ke hilir mencapai 36,8 km.

Kegiatan konservasi pun tersebar di kawasan hulu, tengah, dan hilir Sungai Pusur.

Beberapa upaya konservasi yang dilakukan di kawasan hulu Sungai Pusur antara lain, penanaman 141.041 pohon mahoni, suren, sengon, cengkih, durian, kakao, bambu di Desa Sumbung serta budidaya dan produksi kopi Merapi Lestari termasuk pembinaan terhadap Kedai Kopi Merapi Lestari.

Tak ketinggalan pula aksi menanam tanaman keras seperti 1.500 bibit kopi di Desa Sangup dan 2.000 bibit di Desa Mriyan, Tamansari.

Tanaman kopi dipilih tidak hanya untuk kepentingan konservasi dan lingkungan tapi juga turut berkontribusi terhadap perekonomian warga setempat.

Baca Juga:Kabar Gembira, Besok Pemkab Klaten Kembali Buka Pasar Hewan

"Sebenarnya masyarakat sedikit menghadapi dilema karena tanaman kopi, meskipun memiliki nilai ekonomi tinggi, tapi akhirnya menggerus sebagian lahan yang biasa ditanami sayuran. Jadi yang bisa dilakukan dari konservasi ini adalah menanam kopi di tepi-tepi ladang atau tanaman kopi sebagai pembatas lahan," kata Kepala Desa Mriyan, Suwandi kepada Suara.com beberapa waktu lalu.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini