SuaraJawaTengah.id - Laga big match antara PSIS Semarang melawan PSS Sleman sempat diwarnai kericuhan suporter menjelang pertandingan berakhir, pada hari Minggu (3/12/23).
Pada pertandingan yang digelar di Stadion Jatidiri dimenangkan PSIS Semarang dengan skor tipis 1-0. Sayangnya laga itu sempat dihentikan wasit lantaran adanya aksi saling lempar antara dua kubu suporter.
Bahkan CEO PSIS Semarang, Yoyok Sukawi jadi korban lantaran kepala terluka gegara terkena lemparan benda tajam dari oknum suporter.
Ketua Panpel PSIS Semarang, Agung Bawono membenarkan pemicu kericuhan berawal dari nyanyian provokatif dari tribun utara. Dia sebenarnya sudah mengimbau agar kelompok suporter Snex berhenti menyanyikan yel-yel tersebut.
"Nyanyian pertama kali sudah terabaikan, kemudian nyanyian kedua terulang. Saya mencoba mengimbau ke suporter Snex agar tidak menyanyikan sesuatu yang sifatnya provokasi," kata Agung saat dikonfirmasi Suara.com, Senin (4/12/23).
"Tapi mereka marah-marah. Bahkan ada pemukulan ke saya," tambahnya.
Meski begitu, Agung memastikan para penonton maupun official tim PSIS Semarang tidak ada yang terluka parah. Hanya luka-luka ringan akibat terkena lemparan dari atas tribun.
Dia juga memastikan setelah kejadian kericuhan tersebut. Tidak ada suporter PSIS Semarang yang ditahan pihak berwajib.
"Alhamdulillah tidak terjadi apa-apa. Kami steward dan pihak keamanan bisa mengatasi masalah itu secara cepat. Sehingga tidak terjadi keributan berkepanjangan," jelas Agung.
Baca Juga:Nyaris Kena Lemparan Botol, Suporter PSIS Semarang: Anak Saya Nggak Mau Nonton Lagi!
Akibat kericuhan suporter itu, Agung bersama pihak klub akan segera melakukan evaluasi. Bahkan dia akan memanggil perwakilan suporter Snex untuk dimintai pertanggungjawaban.
"Nanti saya dan pihak klub akan memanggil (suporter Snex). Kenapa mereka seperti itu, masalah sanksi dan lain sebagainya akan kami diskusi dengan pak Yoyok," terangnya.
Buntut kericuhan suporter tersebut nyaris bikin anak kecil berusia tujuh tahun yang duduk di tribun barat terkena lemparan botol.
Hajar Pamuji selaku orang tua anak kecil tersebut sangat menyayangkan kericuhan tersebut. Niatnya jauh-jauh dari Pati ke Semarang untuk mengenalkan sepak bola ke buah hatinya malah berujung trauma.
"Kesannya kok jadi gini, pas perjalanan pulang saya tanya ke anak saya. Besok kalau ada PSIS lagi mau nonton lagi nggak? Jawaban anak saya nggak mau kalau ada suporter PSS Sleman," tutur Hajar.
Seharusnya suporter bisa lebih bijaksana karena di dalam stadion nggak hanya orang dewasa saja yang nonton. Ada anak kecil hingga perempuan yang harusnya mendapat perlindungan.
"Kami yang bawa anak tentunya panik dan berusaha meyelamatkan anak saya dengan mencari tempat yang aman," bebernya.
Bakal Tindak Tegas
Sementara itu, CEO PSIS Semarang, Yoyok Sukawi akan membatasi pembelian tiket terhadap oknum-oknum berpotensi bikin kericuhan. Hal tersebut sebagai upaya ketegasan untuk memberi efek jera.
"Nantinya baik oknum suporter tim tamu atau pun suporter yang biasa anarkis akan susah untuk beli. Terus selebihnya kami masih fokus lawan Borneo," ujar Yoyok Sukawi.
Terkait kericuhan, dalam waktu dekat ini Anggota DPR RI itu akan segera melakukan evaluasi bersama Panpel dan merilis sistem ticketing yang terintegrasi baik online mau pun offline. Hal itu guna meminimalisir oknum-oknum masuk ke Stadion Jatidiri.
Di luar itu, Yoyok juga mengatakan timnya sedang fokus menatap laga berikutnya melawan Borneo FC. Mengingat tim lawannya pekan depan merupakan salah satu pesaing kuat dalam perburuan gelar juara.
"Nanti akan ada aplikasi khusus terkait PSIS yang di dalamnya ada fitur ticketing," tandasnya.
Kontributor : Ikhsan