SuaraJawaTengah.id - Menjadi pelaku Usaha Micro Kecil Menangah (UMKM) tak melulu hanya mencari keuntungan semata. Namun juga memperjuangkan budaya warisan nenek moyang.
Hal itu dilakukan oleh Lin Windhi Indah Tjahjani, pemilik UMKM Cinta Batik semarang yang menjadi Binaan Rumah BUMN BRI Semarang.
Ditemui Suara.com, wanita yang akrab dipanggil Mbak Lin itu menceritakan awal mulanya mendirikan UMKM Cinta Batik Semarang.
Ia rupanya mempunyai misi untuk melestarikan warisan nenek moyangnya yang kini mulai jarang dilakukan oleh generasi-generasi muda.
Baca Juga:Ajak UMKM Binaan BRI Naik Kelas, Rumah BUMN Semarang Gelar Pelatihan Bikin Vlog
"Saya itu dulu salah satu yang mengawali revitalisasi batik semarang tahun 2026. Dari situ memang waktu itu 20 orang diberi pelatihan. Dari situ belajar-belajar, dengan modal nekat saya memproduksi batik," ujarnya kepada Suara.com pada Rabu (20/3/2024).
Dari situ ia pun akhirnya mengembalikan kebiasaan membatik dengan gaya-gaya tempo dulu. Yaitu memanfaatkan bahan-bahan ramah lingkungan.
"Sekarang saya beralih batik dengan pewarna alam, karena ramah lingkungan dan tidak impor bahan pewarna. Karena bisa didapat dari alam sekitar kita," ucapnya.
"Batik alam warna alam ini tidak hanya diminati di negara kita aja, tapi pasarnya bisa ke negara lain juga. Sasarannya lebih luas lagi," tambahnya.
Lin mengungkapkan, produksi batik tulis yang ia rintis tersebut tidak seperti industri tekstil lainya. Ia pun mengaku dalam hitungan hari tidak bisa memproduksi kain batik dalam jumlah banyak.
Baca Juga:Rumah BUMN BRI Semarang Fasilitasi UMKM Jualan Hampers Lebaran
"Batik itu untuk hitungan hari tidak bisa, proses produksi dari kain yang satu, dengan motif yang berbeda membutuhkan waktu berbeda-beda, kalau batik tulis, sebulan sampai 100-300 ya. tergantung dari motifnya," ucapnya.
Pemasaran Menuju Go Global
Namun demikian, pemasaran Cinta Batik Semarang juga mengikuti zaman. Yaitu melakukan penjualan secara online.
"Kalau untuk pemasaran kami masih menggunakan e commerce, shoppe, bli bli ada, tokopedia ada," ucap Lin.
Selain itu, ia juga menyebut tengah menjajaki pasar Internasional atau ekspor.
"Kalau ke luar negeri, kemarin kita kan ikut Brilian Preneur ya, ada barang yang sempat dibawa ke pangsa Amerika. Batik untuk ke luar itu kan banyak peminat, tapi harus dipelajari ya dari motifnya yang diminati seperti apa," ujarnya.
"Produk saya sempat dikuarasi oleh Bank Indonesia, layak ekspor, tapi ada saran untuk membenahi motifnya. Karena yang sering kita buat kan motif klasik," tambahnya.
Lin pun menyampaikan dalam membangun usahanya itu, ia memiliki visi dan misi yaitu mengangkat batik semarang yang sebenarnya.
"Banyak yang salah kaprah, orang tahu motifnya hanya lawang sewu dan tugu muda. Padahal batik semarang itu ya flora fauna, bebas, dan ada nilai-nilai filosofinya," ucapnya.
Ia pun yakin, jika mempertahankan filosofi dari nenek moyangnya itu batik semarang akan bisa tembus pasar ekspor.
"Kita berupaya untuk bisa go global, bisa ekspor," ucapnya.
Peran BRI untuk UMKM
Lin menyebut usahanya yang ia rintis itu tidak lepas dari peran Bank Rakyat Indonesia atau BRI. Dari pelatihan hingga modal usaha didapat dari BRI.
"BRI tidak hanya pendampingan pameran ya, tapi juga dari pelatihan untuk bermedia sosial, meningkatkan kualitas produk, sampai ditemukan calon eksportir langsung dari luar negari. Selain itu KUR juga pernah ambil untuk modal usaha," ujarnya.
Koordinator Rumah BUMN Semarang, Endang Sulistiawati mengungkapkan kini sudah ada 7.000 UMKM yang bergabung.
Rumah BUMN Semarang sampai saat ini telah memfasilitasi usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) dengan menggelar berbagai pelatihan yang dibutuhkan untuk pengembangan usaha.
Rumah BUMN Sendiri didirikan pada 2017 oleh BRI. Pelaku UMKM dipersilakan bergabung dengan Rumah Kreatif BUMN secara gratis. Persyaratan memiliki usaha dan cukup menunjukkan Kartu Tanda Penduduk (KTP).
"Kita tujuan akhirnya adalah go global, bisa ekspor," ujar Koordinator Rumah BUMN BRI Semarang tersebut.