Halaman majalah Magelang Vooruit diisi iklan rokok, cerutu, dan panggung kesenian tradisional. Ongkos muat iklannya f 10 (gulden) untuk seperempat halaman dan f 7,50 jika cetak di halaman belakang.
H.J Sjouke tampak tidak main-main menggarap Magelang Vooruit. Untuk memudahkan kerja, dia memindahkan Sekretariat Vereeniging Magelang Vooruit tak jauh dari rumahnya yang sekaligus kantor agen De Locomotief di Gr Weg Noord 93 (sekarang kawasan Poncol, Kota Magelang).
Proses cetak majalah Magelang Vooruit kemungkinan besar juga diurus di Magelang. Tahun 1930-an di Magelang sudah ada percetakan H.V Maresch, milik orang Belanda di sekitar Poncol.
Orang Tionghoa mendirikan percetakan Go Jing Han di Pecinan yang sudah memakai mesin cetak bertenaga listrik. “Dugaan saya, majalah ini dicetak di Magelang (H.V Maresch). Meskipun saya belum memegang bukti validnya,” kata Bagus.
Baca Juga:Heboh karena Dikunjungi Jokowi dan Prabowo, Ini 5 Fakta Unik Bakso Pak Sholeh Magelang
Totalitas kotapraja “menjual surga” Magelang terlihat saat majalah Magelang Vooruit memuat edisi perayaan pernikahan Putri Juliana dengan Pangeran Bernhard.
Ini kesempatan bagi Vereeniging Magelang Vooruit untuk menunjukan kotanya layak disebut maju dan modern.
Pawai kolosal rakyat digelar di Magelang bersamaan dengan upacara pernikahan Putri Juliana di Den Haag, 7 Januari 1937. Mobil dan kereta kuda dihias. Diarak keliling kota oleh rakyat berpakaian wayang orang.
Gedung Balai Kota, Masjid Agung Kauman dan Alun-alun Magelang, dihiasi lampu kelap-kelip. Menunjukkan kemampuan Algemeene Nederlandsch Indische Electriciteits Maatschappij menyediakan pasokan listrik berlimpah.
Liputan perayaan pernikahan Putri Juliana dengan Pangeran Bernhard di Magelang, dimuat majalah Magelang Vooruit pada edisi kelima, Februari 1937.
Baca Juga:Mengingat Kembali Kisah Johannes Van Der Steur, Kompeni Belanda Asuh Ribuan Anak di Magelang
Foto-foto aslinya sekarang dikoleksi oleh Koordinator Komunitas Kota Toea Magelang, Bagus Priyana.