"Ini limpahan air dari atas, kami berharap di sana curah hujan tidak terlalu tinggi," kata Bupati Demak Eisti'anah.
"Semoga kondisi ini tidak mengulang bencana di 2024," tambahnya.

Seperti diketahui, banjir di Demak pada Maret 2024 merupakan yang terparah sejak 30 tahun terakhir. Sebanyak 11 kecamatan dan lebih dari 25.000 orang mengungsi karena bencana ini. Jalur nasional pantura dan perekonomian juga lumpuh.
Agar bencana di Demak tahun ini tidak makin parah, bupati sudah berkoordinasi lintas sektoral sesuai dengan kewenangannya masing-masing.
Baca Juga:Semarang Diprediksi Hujan Ringan, BMKG Peringatkan Potensi Banjir Rob di Jawa Tengah
"Kami selalu berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait agar tidak terulang di kemudian hari. Semoga tidak ada titik jebol di daerah lain," ujarnya.
Eisti menambahkan, untuk kondisi Sungai Wulan Karanganyar saat ini masih dalam keadaan baik meski peningkatan debit air terjadi. Titik jebol pada 2024 lalu terpantau masih mampu menahan debit air.
"Ini menjadi evaluasi kami untuk melakukan penguatan tanggul sungai karena kejadian jebolnya beralih dari titik satu ke titik lainnya," kata dia.
Upaya Mitigasi Bencana Dinilai Minim
Ketua DPRD Demak Zayinul Fata menilai Pemkab Demak tidak jeli dalam melakukan upaya mitigasi bencana. Menurutnya, bencana tahunan ini sebetulnya telah bisa diprediksi melalui Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) sehingga dampak bencana banjir bisa diantisipasi.
Baca Juga:Sejarah Wijkenstelsel: Akar Terbentuknya Pecinan di Jawa Tengah
Dengan jebolnya dua tanggul sungai di Demak pada Selala lalu, Zayin pun mempertanyakan keseriusan Pemkab Demak dalam melakukan upaya mitigasi bencana, tidak hanya penanganan saat terjadinya banjir, tetapi juga serius mempersiapkan rencana kontijensi untuk memitigasi risiko terjadinya banjir.