7 Pelajaran Berharga dari Buya Yahya tentang Adab Berdoa

Adab berdoa (mengangkat tangan) sunnah, bukan wajib. Doa tetap sah walau tanpa mengangkat tangan. Jaga kehalalan rezeki. Jangan kaku dan saling menghakimi. Islam itu luwes.

Budi Arista Romadhoni
Selasa, 08 Juli 2025 | 17:03 WIB
7 Pelajaran Berharga dari Buya Yahya tentang Adab Berdoa
Ilustrasi berdoa. Freepik/Garakta Studio

SuaraJawaTengah.id -
Berdoa adalah momen penuh harap antara hamba dan Tuhannya. Tapi bagaimana adab yang benar? Haruskah tangan diangkat? Atau cukup menunduk khusyuk?

Dalam salah satu kajian, Buya Yahya menjawab kegelisahan banyak umat Islam terkait adab berdoa, terutama dalam konteks acara formal seperti upacara bendera. Berikut tujuh pelajaran penting yang bisa kita petik dari penjelasan beliau.

1. Menengadahkan Tangan Itu Sunnah, Bukan Kewajiban

Buya Yahya menjelaskan bahwa mengangkat tangan ketika berdoa adalah bagian dari adab, bukan syarat agar doa dikabulkan. Artinya, tidak ada kewajiban untuk selalu menengadahkan tangan ketika berdoa.

Baca Juga:Dear Calon Presiden 2024, Ini Tips dari Buya Yahya Cara Bisa dapatkan Hati Rakyat, Doakan yang Terbaik untuk Lawannya?

Bahkan dalam beberapa kondisi seperti saat khutbah Jumat, Rasulullah tidak mengangkat tangan kecuali dalam istisqa (minta hujan).

“Termasuk adab doa itu menengadahkan tangan, tapi tidak wajib,” jelas Buya Yahya sebagaimana dikutip dari kanal YouTube Al-Bahjah TV. 

2. Doa Bisa Sah Tanpa Mengangkat Tangan

Dalam konteks upacara resmi seperti di sekolah atau kantor, terkadang ada himbauan agar berdoa tanpa gerakan mencolok, cukup menundukkan kepala. Dalam hal ini, Buya Yahya menegaskan bahwa doa tetap sah meskipun tidak mengangkat tangan.

“Doa yang benar tidak apa-apa kalau tidak mengangkat tangan. Doa itu tetap sah dan Insya Allah diterima oleh Allah SWT.”

Baca Juga:Blackpink Bakal Manggung Perdana di Arab Saudi, Buya Yahya Beri Respon: Nggak Pantas!

Jadi, jangan khawatir bila berada dalam situasi formal dan hanya bisa berdoa dengan hati dan kepala tertunduk.

3. Adab Saja Tak Cukup Jika Sumber Hidup Kita Haram

Satu hal penting yang Buya tekankan: sebaik apapun adab kita saat berdoa, jika makanan dan minuman kita berasal dari sumber yang haram, doa itu bisa tertolak.

“Bagaimana akan dikabul doanya, orang tersebut makannya haram, minumnya haram, semuanya haram.”

Ini pengingat keras bagi siapa pun yang ingin doanya dikabulkan. Adab memang penting, tapi yang lebih penting adalah menjaga kehalalan rezeki kita.

4. Jangan Kaku dan Saling Menghakimi

Kadang kita merasa risih ketika aturan negara atau instansi tidak sesuai dengan yang kita anggap "sunnah". Namun, Buya Yahya mengingatkan agar kita tidak kaku dan tetap bijak.

“Kadang-kadang jangan terlalu kaku. Tidak mungkin negara itu melarang (angkat tangan) kecuali sedang lomba upacara.”

Beliau juga mengajak untuk tidak saling menyalahkan, apalagi kepada guru atau kepala sekolah yang mungkin belum mendapat ilmu agama secara mendalam. Tugas kita adalah maklum, bukan menghukum.

5. Kombinasikan Adab Islam dan Kedisiplinan Negara

Salah satu nasihat menarik dari Buya Yahya adalah bagaimana kita bisa mengombinasikan adab Islam dan aturan negara dalam situasi seperti upacara.

“Cara berdiri, mengatur barisan, itu semua bisa dikombinasikan. Bahkan mirip dengan shalat yang barisannya harus rapi.”

Pesan ini menekankan bahwa Islam itu fleksibel selama tidak melanggar prinsip dasar syariat.

6. Kalau Hanya Himbauan, Tak Perlu Terlalu Ditegangkan

Terkadang aturan untuk tidak mengangkat tangan saat berdoa hanyalah himbauan, bukan larangan resmi. Dalam hal ini, Buya menyarankan untuk bersikap santai dan tetap berdoa dengan cara yang benar, tidak perlu membuat kegaduhan atau protes berlebihan.

“Kalau himbauan, langgar ya nggak apa-apa. Tapi kalau aturannya tidak bisa dibantah, ya jangan mengangkat tangan.”

Yang penting adalah tetap menjaga kekhusyukan dalam doa dan tidak membuat kegaduhan di tempat umum.

7. Jangan Menghukum Mereka yang Belum Belajar

Buya menutup dengan kalimat yang sangat bijak: bahwa kita tidak boleh terlalu cepat menghakimi orang lain yang belum belajar agama.

“Kalau tempatnya belum mengerti, gurunya tidak pernah ngaji, ya sudah maklumilah. Jangan ditentang.”

Pesan ini sangat dalam. Menjadi muslim bukan hanya soal amalan pribadi, tapi juga soal bagaimana kita memuliakan orang lain dalam proses belajar mereka.

Mengangkat tangan dalam doa adalah adab yang dianjurkan, tapi bukan syarat sahnya doa. Situasi tertentu seperti upacara bendera atau acara resmi tidak harus membuat kita canggung. Asalkan doa kita tulus dan makanan kita halal, maka doa akan sampai kepada Allah. Pesan Buya Yahya sangat menyejukkan: Islam itu luwes, bukan kaku. Bersikap bijak, beradab, dan tetap khusyuk adalah kuncinya.

Kontributor : Dinar Oktarini

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini

Tampilkan lebih banyak