Menariknya, mereka bersiul dengan cara memasukkan jari telunjuk ke mulut, mirip dengan kebiasaan siulan masa kini. Dalam tradisi Quraisy saat itu, mereka bahkan melakukan tawaf telanjang sambil bersiul dan bertepuk tangan.
6. Islam Melarang Meniru Perilaku Kaum Kafir
Dari penjelasan tafsir tersebut, muncul prinsip penting dalam Islam: larangan meniru ritual atau kebiasaan kaum musyrik, terutama dalam konteks ibadah. Maka, bersiul yang meniru gaya kaum kafir dengan maksud tertentu bisa jadi hal yang dilarang. Ini juga menjadi dasar kuat mengapa siulan, khususnya dalam ibadah atau saat-saat tertentu, sebaiknya dihindari.
7. Lalu, Bolehkah Bersiul untuk Hiburan?
Baca Juga:4 Arti Kedutan Kelopak Mata Kanan Atas Menurut Islam dan Primbon Jawa
Kalau konteksnya tidak diniatkan untuk ibadah, tidak mengganggu orang lain, dan tidak menyerupai praktik musyrik, sebagian ulama membolehkannya.
Namun, kehati-hatian tetap diperlukan. Karena Islam sangat menjunjung adab, dan aktivitas yang dianggap sia-sia sebaiknya dihindari. Rasulullah ﷺ pun lebih menyukai zikir, doa, dan bacaan Al-Qur’an sebagai pengisi waktu luang.
Jadi, meskipun bersiul tampak sederhana, ternyata dalam Islam ada pembahasannya yang cukup mendalam. Tidak serta-merta diharamkan, tetapi ada batas, tujuan, dan adab yang perlu dijaga.
Apalagi jika bersiul bisa mengganggu orang lain, menyerupai praktik kaum musyrik, atau dilakukan tanpa tujuan yang bermanfaat. Maka, lebih baik kita isi waktu dengan hal-hal yang jelas berpahala seperti zikir, doa, atau membaca Al-Qur’an.
Kontributor : Dinar Oktarini
Baca Juga:7 Khasiat Mistis dan Manfaat Bunga Anggrek yang Jarang Diketahui