Goodbye Jazz Atas Awan! Dieng Culture Festival 2025 Pilih Kembali ke Akar Budaya

Dieng Culture Festival (DCF) 2025 membuat gebrakan dengan meniadakan Jazz Atas Awan. Panitia memilih fokus pada ritual ruwatan rambut gimbal dan mengembalikan roh budaya.

Budi Arista Romadhoni
Senin, 28 Juli 2025 | 21:33 WIB
Goodbye Jazz Atas Awan! Dieng Culture Festival 2025 Pilih Kembali ke Akar Budaya
Prosesi pencukuran bocah rambut gimbal di gelaran DCF 2022, Sabtu (3/9/2022). [Suara.com/Citra Ningsih]

Langkah berani ini juga merupakan bentuk kritik internal terhadap komersialisasi budaya yang berlebihan. Secara sadar, panitia memutuskan untuk tidak mendaftarkan DCF 2025 dalam Karisma Event Nusantara (KEN), program prestisius dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yang menjadi tolok ukur festival daerah.

“Kami ingin tahun ini lebih santai, tidak dibebani ekspektasi terlalu tinggi. Kami sedang mengukur: seberapa besar minat publik terhadap DCF tanpa Jazz Atas Awan?” ungkap Alif.

Keputusan ini adalah sebuah pertaruhan. Meski berisiko menurunkan jumlah kunjungan wisatawan secara signifikan, langkah ini dianggap krusial untuk menjaga muruah dan identitas asli DCF agar tidak tergerus modernitas.

Sebagai inovasi, DCF XV juga mengundang 200 peserta untuk hadir mengenakan busana adat daerah masing-masing, lengkap dengan pusaka, untuk ikut serta dalam kirab budaya. Tujuannya adalah menciptakan interaksi budaya Nusantara di atas awan.

Baca Juga:Embun Beku Kembali Selimuti Kompleks Candi Arjuna Dieng, Jadi Buruan Wisatawan

Dukungan Penuh Pemerintah dan Nasib Jazz Atas Awan

Bupati Banjarnegara, Amalia Desiana, menyambut baik dan mendukung penuh kreativitas panitia. Baginya, DCF adalah jendela utama untuk mempromosikan pariwisata, budaya, dan tradisi Banjarnegara yang harus terus dijaga.

“DCF adalah jendela budaya Banjarnegara. Saya sangat mengapresiasi kreativitas panitia, dan saya pastikan, kalau tidak datang, akan menyesal,” katanya dikutip dari ANTARA. 

Lalu, bagaimana nasib Jazz Atas Awan? Alif Faozi memastikan festival musik ini tidak mati. Agenda tersebut akan tetap digelar, namun sebagai acara mandiri yang terpisah dari DCF, dengan waktu, lokasi, dan konsep baru yang sedang dimatangkan.

“Jazz Atas Awan tidak hilang, tapi diberi panggung sendiri. Agar DCF bisa bernapas budaya, dan jaz bisa tumbuh sebagai festival musik pegunungan yang mandiri,” pungkas Alif.

Baca Juga:Dieng Culture Festival 2024: Kembali ke Akar Budaya Tanpa Harmoni Atas Awan

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini

Tampilkan lebih banyak