7 Fakta Unik Kongres Pemuda II: Saat Kata Merdeka Masih Dilarang Diucapkan

Kongres Pemuda II penuh fakta menarik. Kata "merdeka" dilarang, Indonesia Raya tanpa lirik, Sumpah Pemuda tanpa judul awal, dan perempuan berperan aktif.

Budi Arista Romadhoni
Selasa, 28 Oktober 2025 | 06:05 WIB
7 Fakta Unik Kongres Pemuda II: Saat Kata Merdeka Masih Dilarang Diucapkan
Ilustrasi kongres sumpah pemuda. [ChatGPT AI]
Baca 10 detik
  • Meski kata “merdeka” dilarang, para pemuda 1928 tetap menyuarakan semangat persatuan dan kebebasan.
  • Lagu Indonesia Raya pertama kali dimainkan dengan biola tanpa lirik oleh W.R. Supratman di Kongres Pemuda II.
  • Sumpah Pemuda lahir tanpa judul resmi, namun isinya menyatukan bangsa, bahasa, dan tanah air Indonesia.

Puncaknya, rapat terakhir pada 28 Oktober berlangsung di Jalan Kramat Raya 106, yang kini menjadi Museum Sumpah Pemuda. Di sinilah naskah ikrar bersejarah itu dibacakan di tengah suasana penuh semangat dan kewaspadaan.

5. Bahasa Belanda Masih Mendominasi Forum

Pada masa itu, bahasa Belanda masih digunakan dalam banyak forum resmi. Sebagian besar pidato dan notulen kongres ditulis dalam bahasa Belanda, termasuk pidato dari Siti Sundari.

Namun, Muhammad Yamin yang bertugas sebagai sekretaris sidang menerjemahkan isi pembicaraan ke dalam bahasa Melayu. Tindakan ini menandai awal kebangkitan bahasa persatuan yang kemudian diresmikan sebagai Bahasa Indonesia.

Baca Juga:6 Fakta Mengejutkan Tentang Lontong, Si Legenda Kuliner Nusantara!

6. Awal Mula Peci Jadi Simbol Pergerakan Nasional

Dalam suasana kongres, banyak peserta mengenakan peci seperti yang sering dipakai Bung Karno. Karena sulit didapat di Hindia Belanda, sebagian peserta menggunting pinggiran topi Eropa mereka agar menyerupai peci. Aksi sederhana ini menjadi simbol perlawanan dan kebanggaan terhadap identitas bangsa sendiri. Sejak saat itu, peci menjadi ciri khas nasionalisme dan perjuangan rakyat Indonesia.

7. Perempuan Juga Turut Berperan Aktif

Kongres Pemuda II bukan hanya dihadiri oleh laki-laki, tetapi juga enam tokoh perempuan yang ikut menyuarakan semangat perjuangan. Tiga di antaranya bahkan tampil berpidato, yaitu Siti Sundari, Yohana Tumbuhan, dan Emma Pura Dirija.

Mereka membahas isu pendidikan dan kemajuan perempuan Indonesia. Kehadiran mereka membuktikan bahwa perjuangan kebangsaan sejak awal juga melibatkan perempuan yang berani berpikir maju dan beraksi nyata.

Baca Juga:5 Fakta Menarik Tentang Jong Java, Organisasi Pionir Momen Sumpah Pemuda 1928

Kongres Pemuda II adalah bukti bahwa semangat kemerdekaan tidak bisa dibungkam, bahkan ketika kata “merdeka” dilarang diucapkan. Di tengah tekanan kolonial, para pemuda dengan kecerdasan dan keberanian merumuskan cita-cita besar untuk menyatukan bangsa.

Kini, hampir seabad kemudian, semangat itu tetap relevan. Sumpah Pemuda mengingatkan kita bahwa kemerdekaan lahir dari keberanian berpikir, tekad untuk bersatu, dan keyakinan bahwa Indonesia bisa berdiri di atas kaki sendiri.

Kontributor : Dinar Oktarini

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini

Tampilkan lebih banyak