BNPB Lakukan Modifikasi Cuaca, Langit Semarang-Grobogan Ditaburi 12 Ton Garam Cegah Hujan

BNPB mengerahkan teknologi modifikasi cuaca (TMC) untuk menangani banjir parah di Semarang dan Grobogan. Sebanyak 12 ton garam dan kapur tohor ditebar di langit

Budi Arista Romadhoni
Sabtu, 25 Oktober 2025 | 11:01 WIB
BNPB Lakukan Modifikasi Cuaca, Langit Semarang-Grobogan Ditaburi 12 Ton Garam Cegah Hujan
Petugas menyiapkan material yang digunakan untuk operasi modifikasi cuaca di Bandara Ahmad Yani Semarang, Sabtu (25/10/2025). [ANTARA/HO-BNPB]
Baca 10 detik
  • BNPB menggelar operasi modifikasi cuaca (TMC) untuk mengatasi banjir di Semarang dan Grobogan.
  • Sebanyak 10 ton garam (NaCl) dan 2 ton kapur tohor (CaO) ditebar di langit Jawa Tengah.
  • Operasi ini bertujuan menggeser turunnya hujan agar tidak memperparah wilayah yang tergenang banjir.

SuaraJawaTengah.id - Upaya luar biasa tengah digelar di langit Jawa Tengah. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengerahkan teknologi canggih untuk menjadi 'pawang hujan' modern, demi menyelamatkan Kota Semarang dan Kabupaten Grobogan dari kepungan banjir yang kian parah.

Tak tanggung-tanggung, total 12 ton material disebar dari udara untuk merekayasa cuaca.

Operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) ini resmi dimulai pada Sabtu (25/10/2025), dengan pesawat khusus yang lepas landas dari Bandara Ahmad Yani, Semarang. Misi utamanya adalah menghadang awan-awan hujan potensial sebelum tiba di atas wilayah yang sudah terendam air.

Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, mengungkapkan detail operasi darurat ini. Sebanyak 10 ton garam (NaCl) dan 2 ton kapur tohor (CaO) disiapkan untuk ditebar secara berkala di atas langit wilayah terdampak bencana.

Baca Juga:6 Fakta Mengejutkan Tentang Lontong, Si Legenda Kuliner Nusantara!

"Modifikasi cuaca bertujuan untuk redistribusi curah hujan agar tidak turun di wilayah yang saat ini tergenang banjir," kata Abdul Muhari dikutip dari ANTARA di Semarang pada Sabtu (25/10/2025).

Bagaimana cara kerjanya? Secara sederhana, partikel garam yang bersifat higroskopis (menyerap air) akan disemai ke dalam awan-awan potensial.

Hal ini akan mempercepat proses kondensasi, sehingga awan 'dipaksa' melepaskan muatan airnya menjadi hujan di lokasi yang lebih aman, seperti di laut atau wilayah yang tidak terdampak banjir, sebelum mencapai Semarang dan Grobogan.

Sementara kapur tohor (CaO) berfungsi mengikat uap air untuk mengurangi intensitas pembentukan awan hujan.

Fokus utama operasi ini adalah wilayah hulu sungai yang menjadi biang keladi banjir di dua daerah tersebut. Abdul Muhari menjelaskan, tim TMC menyasar secara spesifik kawasan hulu Sungai Tuntang dan Sungai Lusi yang melintasi Kabupaten Grobogan.

Baca Juga:5 Fakta Menarik Tentang Jong Java, Organisasi Pionir Momen Sumpah Pemuda 1928

"Kawasan yang menjadi perhatian utama antara lain hulu Sungai Tuntang dan Lusi yang melintas di wilayah Kabupaten Grobogan," jelasnya. Dengan demikian, debit air yang masuk ke wilayah hilir yang padat penduduk dapat ditekan secara signifikan.

Langkah strategis ini diambil bukan tanpa alasan. Berdasarkan prakiraan dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Provinsi Jawa Tengah masih akan diguyur hujan dengan intensitas tinggi hingga awal November 2025 mendatang. Tanpa intervensi teknologi, banjir di Semarang dan Grobogan berisiko semakin meluas dan dalam.

Operasi 'pawang hujan' modern ini dijadwalkan berlangsung selama tiga hingga lima hari ke depan. Namun, durasi tersebut bersifat fleksibel dan akan sangat bergantung pada hasil di lapangan.

"Lamanya operasi modifikasi cuaca tergantung dari evaluasi harian yang dilakukan," tambah Muhari. Tim gabungan akan terus memantau pergerakan awan dan efektivitas penyemaian garam untuk menentukan langkah selanjutnya dalam pertempuran melawan cuaca ekstrem ini.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini