- Masalah utama umat adalah minimnya adab dalam memahami Al Quran, bukan kekurangan dalil yang ada.
- Membaca Surat Yasin adalah ibadah yang mengandung isyarat ilmiah, sehingga tidak pantas diperdebatkan atau diharamkan.
- Ilmu manusia terbatas; fokus utama harus pada niat ibadah dan adab, bukan pada memenangkan perdebatan tafsir.
5. Gus Baha mengkritik keras kebiasaan debat Al Quran
Salah satu pesan khas Gus Baha adalah larangan memperdebatkan Al Quran dengan nafsu. Dalam banyak pengajian, beliau mengutip kaidah ulama bahwa memperdebatkan Al Quran demi menjatuhkan orang lain adalah dosa besar.
Hal ini selaras dengan transkrip yang menyebut bahwa debat Al Quran sering berujung kriminal akhlak, meski tidak sampai kufur. Menurut Gus Baha, orang yang benar biasanya tenang, bukan marah-marah.
6. Kisah Nabi Nuh sebagai cermin watak manusia sepanjang zaman
Baca Juga:Gambaran Hari Kiamat dalam Surat Yasin Ayat 65, Tangan dan Kaki akan Menjadi Saksi Hidup Manusia
Gus Baha sering menggunakan kisah Nabi Nuh untuk menggambarkan manusia yang terlalu banyak komentar. Disuruh membuat kapal di tempat yang tampak mustahil, Nabi Nuh justru diejek dan diperdebatkan.
Menurut Gus Baha, ini bukan sekadar cerita sejarah. Ini gambaran watak manusia yang suka mempersulit perintah Allah dengan logika yang arogan. Orang seperti ini ada di setiap zaman, termasuk sekarang.
7. Inti pesan Gus Baha: belajar boleh, tapi jangan kehilangan iman
Di banyak kesempatan, Gus Baha menutup kajian dengan pesan sederhana. Belajarlah, dalami ilmu, pahami tafsir. Tetapi jangan jadikan ilmu sebagai alat merendahkan iman orang lain.
Surat Yasin, menurut Gus Baha, cukup dibaca dengan iman, diamalkan dengan adab, dan dipelajari sesuai kemampuan. Tidak perlu saling menyalahkan. Tidak perlu merasa paling benar.
Baca Juga:Kisah Habib al-Najjar di Surat Yasin Ayat 20: Pria Pemberani yang Suarakan Kebenaran
Baik dalam transkrip kajian maupun dalam penjelasan Gus Baha, pesan besarnya sama. Masalah umat bukan kurang ayat, tetapi kurang adab terhadap ayat. Surat Yasin bukan untuk diperdebatkan, tetapi untuk didekati dengan iman dan ketundukan kepada Allah.
Daripada sibuk mengharamkan atau memaki, Gus Baha mengajak kita satu langkah sederhana. Baca Al Quran, cintai Al Quran, dan jaga hati saat membicarakannya.
Kontributor : Dinar Oktarini