Reza Gunadha
Sabtu, 08 Februari 2020 | 19:47 WIB
Bilqis Khoirun Nisa, bayi berumur 3,5 bulan dan Baqis Khoirun Najwa seorang bocah yang duduk di kelasa 4 SD saat ikut ayahnya nyupir angkutan [Suara.com/Dafi Yusuf]

SuaraJawaTengah.id - Ketika kaum elite tengah tertidur pulas di kasur empuk, koruptor asyik menghitung uang negara yang berhasil dicuri, ada dua bocah yang harus ikut merasakan pahit getir hidup sebagai anak supir angkot.

Bilqis Khoirun Nisa, bayi berumur 3,5 bulan, beserta sang kakak Baqis Khoirun Najwa—yang duduk di kelasa 4 SD--terpaksa ikut marasan panas dinginnya perjalanan Kota Semarang, Jawa Tengah, bersama sang ayah, Nurul Mukminin.

Lelaki berusia 46 tahun itu sehari-hari bekerja sebagai supir angkutan kota jurusan Mangkang – Johar.

Terjepit kondisi perekonomian dan sang bunda Ariyani Dwi Styowani (32) yang meninggal dunia tiga bulan lalu, Nurul terpaksa membawa Bilqis dan Najwa saat bekerja.

Setiap hari, sejak pukul 06.00 – 23.00 WIB, Bilqis dan sang kakak selalu berada di mobil angkutan. Bilqis ditaruh di jok depan sebelah sang ayah.

"Sebenarnya tidak tega mengajak Bilqis dan Najwa. Namun mau bagaimana lagi, keadaan mendesak saya untuk melakukan hal tersebut. Daripada saya tinggal di rumah, lebih baik saya ajak ngompreng (ngangkut penumpang) karena bisa langsung saya pantau," kata Nurul saat ditemui Suara.com di rumahnya, Sabtu (8/2/2020).

Susu formula dan popok selalu ia siapkan sebelum berangkat kerja. Karena selalu berada di samping Bilqis, ia paham betul tanda-tanda buah hatinya itu akan buang air kecil atau air besar. 

Namun, ia mengaku sempat sesekali kerepotan karena saat sedang menyupir, tiba-tiba anaknya nangis kepanasan atau minta minum susu.

Kala buah hatinya menangis, Nurul menepikan angkot untuk membuat susu atau memeriksa popok. Menurutnya, kebanyakan penumpang sudah memahami kondisinya. Bahkan ada juga yang membantu untuk mengasuh Bilqis.

Baca Juga: Ini Kisah Viral Ibu di Bekasi yang Diduga Mencuri dan Dipaksa Lepas Jilbab

"Biasanya kalau menangis saya bilang ke penumpang 'maaf ada iklan' begitu. Kebanyakan penumpang sudah memahami kondisi saya. Penumpang malah banyak yang membantu.”

Ia menyadari banyak penumpang merasa kasihan, sehingga memberikan uang melebihi standar ongkos. Uang itu, ia simpan untuk dibelikan makanan  buah hati.

Bahkan, lanjutnya, banyak juga penumpang yang kaget ketika tiba-tiba ada suara bayi di dalam mobil. Setelah melihat buah hatinya, banyak yang menanyakan keberadaan sang ibu lantas iba.

"Banyak yang kaget juga, kok tiba-tiba ada suara bayi menangis di dalam mobil. Saat penumpang tanya di mana ibunya, saya cuma bilang ibunya sedang pulang.”

Perjuangan Nurul tidak sampai di situ. Ketika siang, ia harus bergegas menjemput anaknya yang pertama Baqis Khoirun Najwa di SD Pancasila Semarang. Aktivitas seperti itu, ia lakukan hampir setiap hari.

Setelah ia menjemput Najwa, putri tertuanya langsung diajak mengangkut penumpang bersama Bilqis. Kalau sudah ada Najwa, beban Nurul agak ringan. Sebab, anak pertamanya itu sudah terbiasa merawat Bilqis meski umurnya baru 7 tahun.

Load More